DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebiasaan membaca yang kurang baik itu bisa dilihat dari jumlah buku baru yang terbit di negeri ini, yaitu hanya sekitar 8.000 judul/tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang menerbitkan 15.000 judul/tahun, Vietnam 45.000 judul/tahun, sedangkan Inggris menerbitkan 100.000 judul/tahun! Jumlah judul buku baru yang ditulis dan diterbitkan itu menunjukkan betapa budaya baca masyarakat kita masih tergolong rendah. Mengapa demikian?
B. TUJUAN PENULISAN
C. RUMUSAN MASALAH
D. METODE PENULISAN
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. APA ITU MEMBACA?
B. JENIS-JENIS DAN TEKHNIK MEMBACA
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
1. Menggunakan ucapan yang tepat,
2. Menggunaka frase yang tepat,
3. Menggunakan intonasi suara yang wajar,
4. Dalam posisi sikap yang baik,
5. Menguasai tanda-tanda baca,
6. Membaca dengan terang dan jelas serta tidak terbata-bata
7. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8. Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
9. Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
10. Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
11. Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,
3. membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
4. tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
5. mengerti dan memahami bahan bacaan,
6. Dituntut kecepatan mata dalam membaca,
7. membaca dengan pemahaman yang baik,
8. dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
a. Membaca Ekstensif
Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.
Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif adalah :
a) Membaca Telaah Isi, terdiri dari:
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai.
2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).
3. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris.
4. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
5. Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari.
Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosakata (developing vocabulary)
Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
K (know) Apa yang telah diketahui (sebelum membaca)
W (want) Apa yang hendak diketahui (sebelum membaca)
L (learned) Apa yang telah diketahui (selepas membaca)
H (how) Bagaimana untuk mendapat maklumat tambahan - yang berkaitan (untuk membaca seterusnya)
C. MANFAAT DAN TUJUAN MEMBACA
Lebih lanjut Nurhadi (1987) yang mengutip pendapat Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan membaca adalah :
D. MENGAPA MEMBACA DIKATAKAN PENTING?
E. APA YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA MINAT BACA?
- Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa/mahasiswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.
- Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi buku. Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan membawa dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat kita, karena internet merupakan sarana visual yang dapat disinosimkan dengan sumber informasi yang lebih uptodate, tetapi hal ini disikapi lain karena yang dicari di internet kebanyakan berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.
- Banyaknya tempat-tempat hiburan seperti taman rekreasi, karaoke, mall, supermarket dan lain-lain.
- Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan orangtua yang sering mendongeng kepada putra-putrinya sebelum anaknya tidur dan ini hanya diaplikasikan secara verbal atau lisan saja dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan melalui bacaan.
- Para ibu disibukkan dengan berbagai kegiatan di rumah/di kantor serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga waktu untuk membaca sangat minim.
- Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada dan kadang-kadang letaknya jauh.
Untuk mensiasati supaya masyarakat kita gemar membaca dan membaca adalah suatu kebutuhan sehari-hari, maka tidak ada jalan lain peranan orang tua sangat dibutuhkan dengan cara membiasakan anak-anak usia dini untuk mengenal apa yang dinamakan buku dan membiasakan untuk membaca.dan bercerita terhadap buku yang dibacanya. Hal ini harus dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri si anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan sekedar hobi melulu.
Peranan pemerintah daerah dibantu oleh kalangan dunia pendidikan, media masa, gerakan masyarakat cinta buku untuk bersama-sama merangkul pihak-pihak swasta yang mempunyai kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mensponsori pendirian perpustakaan-perpustakaan kecil di lingkungan masyarakat seperti desa/kampung dengan bantuan berupa sarana dan prasarana dan koleksi perpustakaan yang pengelolaannya diserahkan kepada Ibu-Ibu PKK atau Karang Taruna. Supaya gebyarnya lebih meluas perlu diadakan lomba yang bisa di ekspos oleh media massa lokal maupun nasional dengan iming-iming berupa hadiah yang menarik sebagaimana lomba green and clean di Surabaya, dan ini harus dilakukan secara continue setiap tahunnya.
Peranan kepala sekolah sangat penting sebagai ujung tombak terhadap pendirian perpustakan dan fungsi guru dan pustakawan sebagai pengembangan perpustakaan harus selalu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah daerah, karena banyak sekolah dasar sampai menengah belum memiliki perpustakaan dan kalaupun ada sifatnya stagnasi dan tidak berkembang karena kesulitan dana. Pemerintah Daerah yang sebenarnya harus memfasilitasi perpustakaan sekolah dengan cara menggandeng pihak-pihak swasta sebagai sponsor atau sebagai mitra. Perpustakaan keliling yang sudah ada sekarang ini perlu ditingkatnya dan diperluas jangkauannya dengan penambahan armada dan koleksi setiap tahunnya dan bukan malah sebaliknya semakin tahun semakin menurun dan akhirnya tidak beroperasi lagi dan ini harus mendapat perhatian serius dari kita semua kalau menginginkan bangsa kita cerdas dan pandai sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.
Kalau kita cermati secara seksama sebenarnya untuk menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat akan bisa terwujud kalau semua pihak mulai dari pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan, orang tua, pecinta buku maupun elemen masyarakat mau duduk bersama-sama satu meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat melalui pemasyarakatan perpustakaan. Kalau semua sekolah/perguruan tinggi maupun dalam lingkungan kampung/desa tersedia perpustakaan maka tentu banyak buku yang diperlukan untuk mengisi perpustakaan tersebut. Dengan demikian betapa banyak penulis buku, penerbit, dan toko buku yang memproduksi dan mengedarkan buku serta mengisi perpustakaan di seluruh negeri. Dengan demikian lapangan kerja terbuka luas dan berpotensi besar dan inilah yang diharapkan oleh pengarang maupun penerbit supaya dunia buku tidak lesu dan gulung tikar.
Kalau kita cermati secara seksama sebenarnya untuk menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat akan bisa terwujud kalau semua pihak mulai dari pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan, orang tua, pecinta buku maupun elemen masyarakat mau duduk bersama-sama satu meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat melalui pemasyarakatan perpustakaan. Kalau semua sekolah/perguruan tinggi maupun dalam lingkungan kampung/desa tersedia perpustakaan maka tentu banyak buku yang diperlukan untuk mengisi perpustakaan tersebut. Dengan demikian betapa banyak penulis buku, penerbit, dan toko buku yang memproduksi dan mengedarkan buku serta mengisi perpustakaan di seluruh negeri. Dengan demikian lapangan kerja terbuka luas dan berpotensi besar dan inilah yang diharapkan oleh pengarang maupun penerbit supaya dunia buku tidak lesu dan gulung tikar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Telah menjadi rahasia umum
bahwa budaya baca masyarakat Indonesia termasuk yang paling rendah di Asia.
Jangankan masyarakat, guru dan dosen sekalipun, meski secara individual adalah
pendidik yang dekat dengan dunia baca-membaca, pada kenyataannya juga rendah
minat dalam membaca. Tidak jarang didapati di sekolah-sekolah bahwa kebiasaan
guru dalam membaca kurang dari 1 jam per hari.
Kemampuan membaca (reading
literacy) anak-anak Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan
Negara-negara berkembang lainnya, bahkan dalam kawasan ASEAN sekali pun.
International Association for Evalution of Educational (IEA) dalam studi
kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar kelas VI pada 30 negara di dunia,
menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 setingkat di atas Venezuela
yang menempati peringkat terakhir pada urutan ke 30.
United Nations Development
Programme (UNDP) menjadikan angka buta huruf
dewasa (adult illiteracy rate)
sebagai suatu barometer dalam mengukur kualitas suatu bangsa. Tinggi
rendahnya angka buta huruf akan menentukan pula tinggi rendahnya Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development
Index – HDI) bangsa itu.
Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003 dalam “Human Development Report
2003” bahwa Indeks Pembangunan
Manusia (Human Development Indeks – HDI)
berdasarkan angka buta huruf menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Indonesia
menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi.
Sedangkan Vietnam menempati urutan ke 109, padahal negara itu baru saja keluar
dari konflik politik yang cukup besar. Namun negara mereka lebih yakin bahwa
dengan membangun manusianya sebagai prioritas terdepan, akan mampu mengejar
ketinggalan yang selama ini mereka alami.
Melihat beberapa hasil studi di
atas dan laporan United Nations Development Programme (UNDP) maka dapat
diambil kesimpulan (hipotesis) bahwa kekurangmampuan
anak-anak kita dalam bidang matematika dan bidang ilmu pengetahuan, serta tingginya angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) di Indonesia
adalah akibat membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya
bangsa. Oleh sebab itu membaca harus dijadikan kebutuhan hidup dan budaya
bangsa kita.
Makalah
ini ditulis dengan tujuan agar pembaca lebih memahami pentingnya membaca sehingga
dapat meningkatkan minat bacanya dan membangkitkan kembali budaya baca di
masyarakat.
Adapun masalah-masalah yang
diangkat dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Apa itu membaca
2. Jenis-jenis membaca dan
tekhniknya
3. Manfaat dan tujuan membaca
4. Mengapa membaca dikatakan
penting?
5. Apa yang menyebabkan rendahnya
minat baca bangsa kita?
6. Bagaimana cara menumbuhkan
kembali minat dan budaya baca?
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis
mencari bahan dari internet sebagai panduan dalam penulisan.
Makalah
ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu
I.
PENDAHULUAN,
yang terdiri dari:
A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
C. Rumusan masalah
D. Metode penulisan
E. Sistematika penulisan
II. PEMBAHASAN, yang terdiri
dari:
A. Pengertian membaca
B. Jenis-jenis membaca dan
tekhniknya
C. Manfaat dan tujuan membaca
D. Mengapa membaca dikatakan
penting?
E. Apa yang menyebabkan rendahnya
minat baca bangsa kita?
F. Bagaimana cara menumbuhkan
kembali budaya dan minat baca?
III. PENUTUP, yang terdiri
dari:
A. Kesimpulan
B. Saran
Tampubolon (1993) menjelaskan pada hakekatnya, membaca
adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun
dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan
fisik karena bagian-bagian pikiran, khususnya persepsi dan ingatan terlibat di
dalamnya.
Menurut Burn, Roe, dan Ross (1984), membaca merupakan
proses penerimaan simbol oleh sensori, kemudian menginterpretasikan simbol atau
kata yang dilihat atau mempersepsikan , mengikuti logika, dan pola tata bahasa
dari kata-kata yang ditulis penulis, mengenali hubungan antara simbol dan suara
antara kata-kata dan apa yang ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata
kembali kepada pengalaman langsung untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan
mengingat apa yang mereka pelajari di masa lalu dan menggabungkan ide baru dan
fakta serta menyetujui minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca.
Dijabarkan juga oleh tarigan (1985) bahwa membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan
diri sendiri dan kadang-kadang orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang
terkandung atau tersirat pada lambing-lambang tertulis.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk
menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola
komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan makna tulisa dan
memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan
intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning).
Ditinjau
dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan
membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi :
1. Membaca Nyaring
2. Membaca dalam hati
Membaca dalam hati adalah
kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang
dibacanya.
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya
meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Membaca ekstensif meliputi:
v Membaca Survai (Survey Reading)
v Membaca Sekilas
v Membaca Dangkal (Superficial
Reading)
b. Membaca Intensif
1. Membaca Teliti
b) Membaca Telaah Bahasa
Ø Membaca bahasa (Foreign
Language Reading)
Ø Membaca Sastra (Literary
Reading)
TEKHNIK-TEKHNIK
MEMBACA
Secara umumnya seseorang perlu
menguasai dua teknik membaca, iaitu;
v
membaca pantas
v
membaca kritis
Untuk membaca pantas seseorang
boleh menggunakan teknik skimming dan scanning dan untuk membaca
dengan kritis seseorang boleh menggunakan teknik seperti KWLH dan SQ3R.
KWLH adalah singkatan dari:
Apa yang jelas dari penerangan
tersebut ialah suatu teknik membaca kritis di mana pembaca;
Ø
mengingat dahulau apa yang telah
diketahui
Ø
membayang atau menentukan apa
yang ingin diketahui
Ø
melakukan pembacaan (bahan yang
telah dipilih)
Ø
mengetahui apa yang telah
diperoleh dari pembacaan yang baru dilakukan
Ø
menentukan apa lagi yang perlu
diperoleh (agar perlu membuat pembacaan seterusnya)
SQ3R ialah teknik membaca
kritis yang telah diperkenalkan oleh Robinson (1961). SQ3R merupakan satu
kaedah membaca yang memerlukan seseorang mempersoal kesesuaian maklumat yang
terdapat dalam suatu bahan yang dibaca dengan tugasan yang perlu diselesaikan.
SQ3R adalah singkatan bagi;
S (survey)
tinjau
Q (question) soal/tanya
R (read)
baca
R (recite)
imbas kembali atau nyatakan secara lisan
R (review)
baca semula
Survey (tinjau) ialah
langkah membaca untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang apa yang
terkandung di dalam bahan yang dibaca. Ini dilakukan dengan meneliti tajuk
besar, tajuk-tajuk kecil, gambar-gambar atau ilustrasi, lakaran grafik, membaca
perenggan pengenalan, dan perenggan terakhir di bahagian-bahagian buku
atau teks.
Di sini juga pelajar sebenarnya
menggunakan teknik membaca pantas iaitu skimming dan scanning.
Question (soal atau tanya) ialah
langkah yang memerlukan pelajar menyenaraikan suatu soal mengenai teks tersebut
setelah mendapati teks tersebut berkaitan dengan keperluan tugasannya. Soal
tersebut menunjukkan keinginan pembaca tentang maklumat yang ingin diperoleh
dari bahan tersebut dan menjadi garis panduan semasa membaca kelak. Pelajar
akan coba mencari jawaban atas soal-soal tersebut.
Read (baca)
ialah peringkat pelajar sebenarnya membaca bahan atau teks tersebut secara
aktif serta mencoba mendapat segala jawaban kepada soal-soal yang telah
disenaraiakannya sebelum membaca. Ketika membaca, pelajar mungkin juga akan
menyenaraikan soal-soal tambahan, berdasarkan perkembangan pemahaman dan
keinginannya sepanjang melakukan pembacaan. Pelajar mungkin juga mempersoal
pendapat atau maklumat yang ditemuinya.
Recite (imbas kembali) ialah
peringkat yang ketiga.Setelah selesai membaca, pelajar coba mengingat kembali
apa yang telah dibaca dan meneliti segala yang telah diperoleh. Pemilihan
maklumat yang sesuai dilakukan dalam konteks tugasannya. Pelajar juga boleh
coba menjawab soal-soal yang disenaraikan sebelumnya tanpa merujuk kepada
kepada nota atau bahan yang telah dibaca.
Review (baca semula) merupakan
peringkat terakhir. Pelajar membaca bahagian-bahagian buku atau teks secara
terpilih untuk mengesahkan jawaban-jawaban kepada soal yang dibuatnya di
langkah ketiga. Pelajar juga memastikan tidak ada fakta penting yang tertinggal.
Skimming
dan
Scanning
Teknik skimming
dan scanning ini sesuai digunakan untuk pembacaan bahan yang ringkas
seperti sesuatu petikan maupun bahan bacaan yang lebih panjang seperti buku,
jurnal dan majalah. Dalam pembacaan sesuatu petikan, kita hanya memberi
perhatian kepada ide penting setiap paragraf untuk mendapat gambaram umum.
Scanning ialah
pembacaan cepat untuk mendapat maklumat yang khusus dan bukan untuk mendapat
gambaran keseluruhan suatu bahan bacaan. Pembacaan cara ini boleh melangkah bahagian-bahagian
tertentu yang dipikirkan kurang penting. Ketika kita membaca, kita akan
menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan pantas mengikut awal surat
petikan yang dibaca sambil memberi tumpuan kepada maklumat yang dicari. Oleh
karena itu, membaca dengan cara ini lebih cepat daripada pembacaan cara skimming.
Dalam konteks pembelajaran, skimming
dan scanning boleh digunakan bersama. Biasanya, kita boleh membaca
cara skimming untuk menentukan kesesuaian suatu bahan bacaan . Jika
bahan berkenaan itu didapati sesuai maka kita boleh menggunakan teknik scanning
untuk mendapatkan maklumat khusus yang dicari.
Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membaca, antara lain:
Pepatah
mengatakan “Malu bertanya, sesat di jalan.” Sama halnya dengan membaca,
jika Anda tidak memiliki tujuan untuk apa Anda membaca, maka jangan heran jika
tersesat di dalam buku yang dibaca. Tentukan tujuan Anda dalam membaca buku dan
camkan baik-baik tujuan tersebut. Jika Anda membaca buku tentang perencanaan
keuangan misalnya, tentukan tujuan bahwa Anda ingin mengatur keuangan bulanan
rumah tangga sehingga bisa menabung minimal 500 ribu sebulan. Tujuan yang jelas
akan membuat seluruh indra memasuki fase alert yang membantu memahami
bahan bacaan.
Sebelum
membaca keseluruhan, kenali materi yang akan dibaca. Periksa ada berapa bab
buku tersebut. Bagaimana bab disusun. Apakah ada diagram dalam setiap bab yang
membantu penjelasan. Atau mungkin ada tabel yang disajikan untuk menjelaskan
fakta dan data. Lihat sekilas kosa kata yang dipakai apakah tergolong mudah,
sedang atau sulit. Perhatikan pula apa yang dituliskan dalam kata pengantar dan
sampul belakang buku.
Ingat,
Anda membaca untuk memahami, bukan untuk menghafal. Apa yang dipahami akan terus diingat sementara
apa yang dihafal akan gampang sekali lupa. Karena itu dalam membaca
berpeganglah pada tujuan yang telah Anda tetapkan dalam langkah dua. Kenali ide
pokok dan dapatkan pemahaman. Mungkin ada beberapa detail di sana. Kuasai
detail tersebut secukupnya dan tinggalkan sementara jika membuat Anda bingung.
Banyak orang langsung terjebak dengan detail dan kesulitan menyelesaikan 1
paragraf dan terus menerus mengulangnya. Dengan menguasai ide pokok bacaan
setidaknya Anda memahami 80% isi. Sisanya adalah detail yang bersifat referensi
yang dapat Anda cari kembali dengan cepat dan mudah jika menguasai ide
besarnya.
Agar
bisa membaca cepat dan efektif, semua kebiasaan buruk dalam membaca harus
dihilangkan mulai dari membaca sambil bersuara, bibir yang bergerak, gerakan kepala,
dan mengulang-ulang kembali apa yang sudah dibaca (regresi). Jika Anda masih
memiliki kebiasaan buruk tersebut maka latihlah untuk menghilangkannya. Anda
akan memiliki kecepatan baca yang signifikan jika bisa menghilangkan seluruh
kebiasaan buruk tadi.
Membaca
cepat dilakukan dengan mengenali beberapa kata sekaligus dalam sekali lihat.
Jika kebanyakan orang membaca kata per kata, maka usahakan agar Anda membaca
dua kata sekaligus. Jika sudah lancar, tingkatkan dengan 3, 4 bahkan 5 kata
sekaligus. Dengan demikian, kecepatan baca Anda menjadi sangat tinggi dan Anda
dapat membaca dengan efisien.
Selain
jumlah kata yang bisa dikenali dalam sekali lihat, faktor penting berikutnya
dalam menentukan kecepatan baca seseorang adalah seberapa cepat mata membaca,
menyusuri baris demi baris, halaman demi halaman. Otak memiliki kapasitas dan
kemampuan yang luar biasa. Jika saja mata Anda bisa bergerak lebih cepat dan
mengenali kata-kata yang dibaca, otak sangat mampu untuk memprosesnya menjadi
sebuah pengertian. Lakukan latihan untuk membuat pergerakan mata menjadi
teratur, berirama serta cepat.
(1) mendapatkan
informasi,
(2) memperoleh
pemahaman,
(3) memperoleh kesenangan.
(1) memperoleh informasi aktual,
(3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis
seseorang,
(4) memperoleh kenikmatan emosi, dan
(5) mengisi waktu luang
(Nurhadi, 1987:11).
(1) mendapat alat atau cara praktis
mengatasi masalah;
(2) mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar
mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan
pergaulannya;
(3) memperkuat nilai pribadi atau keyakinan;
(4) mengganti pengalaman estetika yang sudah
usang;
(5) menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan,
atau penyakit tertentu.
Hal
menarik diungkapkan oleh Nurhadi (1987) bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi
pemerolehan pemahaman bacaan. Artinya, semakin kuat tujuan seorang dalam
membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya.
Manfaat
yang dapat dipetik seseorang darikegiatan membaca, yang paling umum, manfaat
yang dapat dirasakanketika membaca buku adalah dapat belajar dari pengalaman
orang lain atau dapat menambah pengetahuan. Manfaat khusus dari kegiatanmembaca
adalah bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindardari kerusakan
jaringan otak dimasa tua. Hal ini menurut riset mutakhir bahwa membaca buku
dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan syaraf-syaraf baru di otak. Menurut
Jordan E. Ayan bahwa manfaat membaca buku berdampakbagi perkembangan sebagian
besar jenis kecerdasan, diantaranya antaranya adalah :
1) Membaca menambah kosakata
dan pengetahuan akan tatabahasa dansintaksis yang lebih penting lagi, membaca
pemperkenalkan padabanyak ragam lingkungan kreatif. Sehingga mempertajam kepekaan
linguistik dan kemampuan menyatakan perasaan.
2) Membaca buku secara langsung
dapat membantu mengalami perasaandan pemikiran yang paling dalam. Banyak buku dan artikel
yangmengajak untuk berintropeksi dan melontarkan pertanyaan seriusmengenai
perasan nilai dan hubungan dengan orang lain. Denganbegitu, secara tak langsung
turut memperkembangkan kecerdasaninterpersonal, mendesak untuk merenungkan
kehidupan danmempertimbangkan kembali keputusan-keputusan akan cita-cita hidup.
3) Membaca memicu imajinasi,
buku yang baik mengajarkan untukmembayangkan dunia beserta isinya, lengkap
dengan segala kejadian,lokasi dan karakternya.
4) Membaca bahan bacaan umumnya
memaksa nalar, pengurutan keteraturan dan pemikiran logis untuk dapat mengikuti
jalan ceritaatau memecahkan suatu misteri.
5) Membaca akan
meningkatkan konsentrasi dan fokus.
6) Membangun kepercayaan diri. Semakin banyak yang
kamu baca, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan. Dengan bertambahnya
pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan
reaksi berantai. Karena kamu adalah seorang pembaca yang baik, orang-orang akan
mencari kamu untuk mencari suatu jawaban. Perasaan kamu terhadap diri kamu
sendiri akan semakin baik.
7) Meningkatkan memori.Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa jika kita tidak menggunakan memori, kita bisa kehilangannya.
Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit
Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu kamu
meregangkan otot memori dengan cara yang
sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada
suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita.
8) Meningkatkan
kedisplinan.Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu
yang sudah kita ketahui untuk dilakukan. Namun, siapa yang membuat jadwal untuk
membaca buku setiap harinya? Hanya sedikit sekali. Karena itulah, menambahkan
aktivitas membaca buku ke dalam jadwal harian kamu dan berpegang dengan jadwal
tersebut akan meningkatkan kedisiplinan.
9) Meningkatkan
kretivitas.Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri terhadap
ide dan informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatif otak, karena otak
akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir.
10) Mengurangi
kebosanan.
Membaca
merupakan hal yang penting bagi semua orang karena dengan membaca kita dapat
memperluas wawasan yang kita miliki. Membaca juga merupakan bagian yang penting
dari pendidikan. Francis Bacon mengatakan
bahwa, “Sesorang yang gemar membaca akan mempunyai pandangan yang luas,
membuatnya menjadi manusia yang utuh, sedangkan orang yang gemar berdiskusi
membuat orang harus siap memberikan jawaban atau mengajukan pertanyaan, dan
orang yang gemar menulis membuatnya menjadi manusia.
Seseorang yang gemar membaca
akan menjadi intelek yang mana bila dibandingkan dengan sarjana yang malas
membaca akan lebih mudah seorang intelek mendapatkan pekerjaan dari pada
sarjana. sarjana
menganggur sangat banyak, tapi intelektual menganggur rasanya tidak mungkin
alias mustahil. Mengapa?
Sarjana dan intelektual tidak sama dan sebangun atau
memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarjana
adalah gelar yang dicapai seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat
terakhir di perguruan tinggi. Sedangkan intelektual artinya seseorang yang
cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan atau
disebut juga cendekiawan. Jelas sarjana bukan padanan kata intelektual. Dengan
memperhatikan definisi atau arti kata intelektual saja sudah dapat disimpulkan
mustahil ada intelektual yang menganggur atau terjadi tragedi “pengangguran
intelektual”. Akan tetapi, walaupun kata “pengangguran intelektual“ terasa
rancu namun sudah terbiasa diucapkan di masyarakat umum alias salah persepsi.
Untuk lebih menegaskan bahwa sarjana berbeda dengan
kaum intelektual berikut ini dikemukakan penjelasan tentang makna intelektual
yang ditulis oleh Prof.Dr. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Islam Alternatif,
menjelaskan bahwa kaum intelektual bukanlah sarjana yang hanya menunjukkan
kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan meperoleh gelar
sarjana. Mereka juga bukan sekedar ilmuwan yang mendalami dan mengembangkan
ilmu dengan penalaran dan penelitian. Mereka adalah kelompok orang yang merasa
terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka,
merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, mencarikan
strategi dan alternatif pemecahan masalah. Dengan mengutip pendapat dari James
Mac Grtegor, Jalal mendefinisakan intelektual adalah a devotee of ideas,
knowledge, values. Intelektual ialah orang yang terlibat secara kritis
dengan nilai, tujuan, dan cita-cita yang mengatasi kebutuhan-kebutuhan praktis.
Dalam definisi ini, orang yang menggarap hanya gagasan-gagasan dan data
analitis adalah seorang teoritis; orang yang bekerja hanya dengan
gagasan-gagasan normatif adalah seorang moralitas; orang yang menggarap
sekaligus menggabungkan keduanya lewat imajinasi yang teratur itulah seorang
intelektual. Sedangkan tugas kaum intelektual adalah menafsirkan pengalaman
masa lalu masyarakat, mendidik pemuda dalam tradisi dan ketrampilan
masyarakatnya, melancarkan dan membimbing pengalam estetis dan keagamaan
berbagai sektor masyarakat…” Kang Jalal juga mengutip pendapat J.M. Burns yang
menyebutkan intelektual sebagai “pengabdi gagasan-gagasan,pengetahuan dan
memperjuangkan nilai-nilai yang dianutnya . Pada diri intelektual ada semangat
menemukan, menyusun, menguji, melakukan sintetis (semangat ilmiah). Pada
dirinya, juga ada semangat mengkritik, mencari jalan keluar, memberikan
pedoman, penunjukkan arah, memperjuangkan nilai-nilai yang berorientasi ke depan.
Mengapa banyak sarjana yang menganggur? Apakah karena
secara ideologi dunia pendidikan sudah menjadi agen kapitalis atau menganut paham
neoliberalisme? Apakah karena kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang
sekarang ini banyak dikeluhkan? Apakah karena sistem (politik) pendidikan yang
tidak benar? Ataukah karena sistem belajar mengajar yang tidak beres? Jawaban
dari semua pertanyaan tersebut adalah mungkin. Tetapi yang pasti mereka tidak
memiliki keterampilan yang memadai, tidak menguasai bidang yang digelutinya,
tidak miliki wawasan yang luas, tidak mampu membaca peluang apalagi menciptakan
pekerjaan. Pendek kata mereka semua tidak memiliki ilmu pengetahuan yang
memadai pada saat menamatkan pendidikannya.
Keadaan tersebut terjadi karena sejak awal memasuki
perguruan tinggi mereka memiliki motivasi yang keliru yaitu kuliah dengan
tujuan hanya sekedar untuk mendapatkan selembar ijazah atau gelar kesarjanaan
bukan untuk mendaptkan ilmu pengetahuan. Atau mereka tidak diberikan pembekalan
bagaimana seharusnya studi di perguruan tinggi, karena perkuliahan hanyalah
salah satu agenda yang harus dijalani tapi bukan satu-satunya. Untuk mencapai
IPK yang bagus sebetulnya tidak terlalu sulit, asalkan rajin mempelajari modul
atau pelajaran yang diberikan oleh dosen pasti nilainya akan bagus. Tapi di
dunia nyata IPK hanya sebagian kecil saja untuk meraih tangga kesuksesan.
Kadang-kadang IPK juga tidak identik dengan luasnya ilmu pengetahuan yang
dimiliki atau keterampilan yang dikuasai.
Sebetulnya bekal kesuksesan yang sudah pasti adalah
banyaknya ilmu serta luasnya wawasan seseorang dan salah satu cara termudah dan
paling fundamental untuk menperolehnya adalah dengan rajin membaca. Sebenarnya
yang menjadi biang kerok terjadinya tragedi pendidikan dan bencana pengangguran
adalah malas membaca.Yang diperparah dengan tidak adanya rangsangan dan
dorongan dari lingkungan perguruan tinggi yang dapat membangkitkan minat dan
kebiasaan membaca baik untuk mahasiswa maupun dosennya.
Pepatah mengatakan buku adalah gudang ilmu dan membaca
adalah kuncinya. “Kunci” inilah yang sekarang ini hilang dalam tradisi
pendidikan kita sehingga banyak orang yang melarat dan kelaparan padahal ada di
depan gudang. Sebenarnya semua permasalahan atau kemelut pendidikan bisa
diselesaikan dengan membaca. Karena membaca adalah esensi pendidikan. Secara
ekstrim mungkin dapat dikatakan lebih baik tidak sekolah atau kuliah tapi
memiliki kegemaran membaca yang tinggi, daripada menjadi orang kuliahan tapi
tidak memiliki tradisi membaca yang baik. Sejarah telah memberikan bukti kepada
kita bahwa banyak orang yang sukses walaupun bermasalah dalam sekolahnya,
misalnya novelis Agatha Christie, ratu reality show dan ratu baca Oprah
Wimfrey, ilmuwan Michael Faraday, ahli debat Ahmad Deedat, entrepreneur Microsoft
Bill Gates, dan lain-lain. Di tanah air pun kita mengenal budayawan yang
hidup tanpa ijazah seperti Ajip Rosidi dan Emha Aiun Nadjib yang oleh
teman-temannya sering dijuluki “perpustakaan berjalan”. Mereka semua sukes
karena membaca bukan karena sekolah.
Sekarang ini, tanpa dibarengi dengan tradisi membaca
yang baik, institusi pendidikan tinggi tidak dapat dijadikan jaminan untuk
menjadikan orang sukes dikemudian hari. Malahan boleh dikatakan bahwa
instiutusi yang paling banyak memproduksi pengangguran adalah institusi
pendidikan. Dalam sejarah belum pernah ditemukan ada orang yang banyak ilmu atau
pandai tapi menganggur. Penulis berani mengatakan bahwa para pengangguran
tamatan perguruan tinggi yang ada sekarang ini adalah mereka yang memiliki
permasalahan dengan minat bacanya atau minat bacanya rendah. Padahal memiliki
kegemaran membaca merupakan conditio sine quanon (syarat mutlak yang
sangat diperlukan) untuk menjadi seorang intelektual maupun orang sukses.
Dengan
membaca kita membuka jendela dunia. Tanpa harus berkeliling dunia, cukup
membaca kita bisa mengetahui sesuatu yang menakjubkan tentang dunia luar.
Membaca memiliki segudang manfaat yang tidak ada habisnya. Selain dapat
menambah wawasan juga bisa dijadikan alternatif di waktu senggang. Salah satu
tempat yang menyediakan segudang bacaan adalah perpustakaan.
”Membaca bagaikan terbang ke sebuah titik pandang yang
tinggi untuk menyaksikan hamparan wilayah yang luas: sejarah, ragam manusia,
ide-ide, pengalaman, dan buah berbagai pencarian”, kata AC Grayling dari Financial
Times. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan pada bahwa membaca belum menjadi
arus utama pembangunan di Indonesia. Juga memperlihatkan betapa buruknya kita
menciptakan budaya membaca. Yang berkembang adalah budaya menonton. Kita mengalami
sebuah ”lompatan budaya”, yaitu, kita melompat dari keadaan praliterer ke masa
pascaliterer, tanpa melalui masa literer. Masyarakat praliterasi adalah
masyarakat yang hidup dalam tradisi lisan dan sulit mengakses sumber informasi.
Kalaupun mudah, mereka tidak bisa mencernanya dengan baik. Kendala utama tentu
saja pendidikan. Masyarakat literasi yang mewakili masyarakat terdidik.
Walaupun memiliki akses terhadap bacaan, tidak berarti tradisi baca-tulis
tumbuh subur di kalangan ini. Sedangkan masyarakat posliterasi yang mewakili
segmentasi penduduk di kota-kota besar, terutama mereka yang memiliki akses ke
teknologi informasi dan audiovisual seperti internet, TV kabel, multimedia,
sarana telekomunikasi bergerak, dan sebagainya ( Adlin, 2006).
Kita melompat senang menonton televisi, tanpa melalui
tahap masyarakat gemar membaca. Dalam hal ini ada benarnya tesis pemikiran Neil
Postman yang mengatakan bahwa dunia hiburan dapat membangkrutkan budaya sebuah
bangsa, terutama bangsa dengan tradisi membaca yang lemah. Kondisi itu
diperburuk semakin tidak pedulinya orang tua akan kegiatan membaca. Semakin
banyak keluarga yang kedua orang tuanya sibuk bekerja sehingga mereka tidak
lagi mempunyai cukup waktu dan energi untuk mendekatkan anaknya dengan buku.
Ironisnya, ketika anak mulai masuk sekolah, materi baku kurikulum sering
membuat guru tidak mempunyai ruang gerak untuk berkreasi. Akhirnya, mereka
hanya terpaku pada satu buku wajib.
Dunia
pendidikan selalu diidentikkan dengan buku-buku sebagai salah satu alat yang
digunakan dalam proses belajar mengajar. Tak hanya itu, di beberapa perguruan
tinggi bahkan menerapkan peraturan bagi mahasiswa yang akan lulus untuk
menyumbangkan buku-buku yang ia miliki untuk diserahkan kepada perpustakaan
setempat. Hal tersebut membuktikan bahwa buku merupakan suatu kekayaan yang
dapat diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya karena berisi ilmu
pengetahuan atau informasi yang berguna bagi kehidupan manusia.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
dan bisa menghambat masyarakat untuk mencintai dan menyenangi buku sebagai
sumber informasi layaknya membaca koran dan majalah, yaitu:
Seringkali kita dengar bahwa membaca adalah kegiatan
yang membosankan. Seperti beberapa fakta yang saya ungkapkan diatas, menerapkan
budaya membaca itu “susuga”
(Susah Susah Gampang). Pasalnya main set masyarakat Indonesia cenderung memilih
sesuatu yang visual daripada tulisan. Mereka memilih berdiam diri di rumah
daripada berkunjung ke perpustakaan umum yang jaraknya tidak lebih dari 500 m.
Membaca itu bukan
kegiatan yang membosankan. Inilah main set yang perlu dirubah. Membaca adalah
kegiatan yang berkorelasi keuntungan bagi kita. Semakin banyak buku yang
dibaca, semakin banyak info dan wawasan baru yang diserap. Dengan membaca
buku dapat dijadikan bahan untuk diskusi. Bahkan dari buku itulah akan timbul
ide-ide baru untuk menciptakan sesuatu. Dari membaca juga lahirlah
pemimpin-pemimpin besar seperti Abraham Lincoln, Winston Churchill, Jawaharlal
Nehru, B.J. Habibie, dan lain-lain.
Banyak orang pintar dan cerdas disebabkan dari rajin
membaca. Membaca dapat membuat pikiran seseorang menjadi lebih dewasa. Dewasa
yang berarti memandang permasalahan sebagai tantangan untuk maju dan menjadi
lebih baik ke depannya. Dengan membaca membuat pemikiran semakin matang dan
tidak memandang permasalahan dari satu sisi tetapi dari berbagai sudut pandang.
Hal inilah menjadikan seseorang arif dan bijaksana dalam menyikapi kehidupan.
Sebagian remaja juga memiliki main set yang salah
tentang orang-orang yang gemar membaca. Mereka memberikan julukan seperti kutu
buku, cupu, ketinggalan zaman dan
sebagainya. Anak-anak remaja berpendapat bahwa orang yang gemar membaca adalah
orang yang sulit diajak bicara, tidak gaul, dan introvert (kepribadian tertutup).
Salah besar. Itu adalah penilaian paling salah. Orang
yang gemar membaca tidak sulit diajak bicara. Orang yang gemar membaca memiliki
segudang wawasan yang enak uintuk dijadikan bahan pembicaraan. Selain itu
mereka juga dapat membantu kita menyelesaikan masalah karena dengan membaca
mereka belajar mengenal puluhan bahkan ribuan karakter yang berbeda dan
memiliki solusi terbaik.
Orang yang gemar membaca itu tidak gaul. Inilah yang
dijadikan senjata para remaja untuk menjatuhkan mental para kutu buku. Gaul itu
relatif. Kita tidak bisa memberikan definisi gaul adalah suka berbelanja di
pusat perbelanjaan, memiliki berbagai macam model pakaian keluaran terbaru dan
lain-lain. Definisi gaul masa depan adalah suka membaca buku, menghabiskan uang
mereka untuk meminjam maupun membeli buku dan berpetualang dengan beberapa buku
karangan penulis best seller. Orang yang suka membaca sebenarnya memliki
wawasan luas.
Orang yang gemar
membaca memiliki kepribadian tertutup atau introvert.
Sebenarnya label ini dikarenakan karena orang yang sedang menikmati bacaan,
seakan-akan tidak memperhatikan sekelilingnya. Mereka memiliki kepribadian
terbuka, tetapi saat itu mereka sedang menikmati buku yang mereka baca dan
tidak ingin diganggu. Seperti saat kita menonton televisi, ada acara yang
menarik. Kita tidak akan memindah saluran televisi dan kurang memperhatikan
sekeliling. Namun sebenarnya kita tidak punya keinginan untuk mengabaikan
sekeliling hanya pada saat itu kita sedang menikmati acara yang menarik. Itulah
alasan mengapa orang yang membaca buku membutuhkan ketenangan dan tidak ingin
diganggu.
8.
Adanya kemajuan tekhnologi
seperti internet yang membuat pelajar malas membaca. Untuk mengerjakan tugas, mereka
lebih memilih untuk mencarinya di internet dengan cara coppy paste yang dianggap lebih mudah. Masyarakat salah
memanfaatkan sarana yang ada.
Menumbuhkan
minat baca adalah sebuah proses sosial yang memerlukan waktu. Banyak faktor
yang harus dilibatkan salah satunya adalah melalui pembiasaan yang dimulai dari
masa kanak-kanak. Masa kanak-kanan adalah waktu yang paling penting untuk
menanamkan kebiasaan membaca.
Rita
Dunn, direktur Center for the Study of Learning and Teaching Styles dan juga
penulis buku Bringing Out The Giftedness in Your Child, menawarkan
strategi yang amat menolong untuk mempertimbangkan kapan anak siap untuk
memulai belajar membaca, memperkenalkannya dengan kata-kata sederhana dan
membaca konsep, serta membuat belajar itu menyenangkan.
Menurut
Dunn, anak-anak pada umumnya siap untuk membaca ketika mereka memperlihatkan
minat pada cerita-cerita dan buku-buku pavorit. ”Ketika mereka meminta
dibacakan cerita tertentu berulang-ulang, itulah pertanda yang pasti” kata
beliau. Pertanda lain ihwal kesiapan membaca ialah ketika anak-anak membuat
cerita sendiri atau mulai membuka-buka halaman buku cerita; Dunn juga mencatat
bahwa usia anak-anak yang telah siap adalah umur dua setengah tahun, akan
tetapi yang lebih umum adalah usia tiga atau empat tahun. Di bawah ini akan
dimuat beberapa langkah atau tip yang dapat dilakukan orang tua dalam
mempersiapkan anak mulai membaca. (Koran Tempo, 10 Juni 2001):
·
Membacalah
untuk anak anda setiap malam.
·
Beri
label obyek-obyek di dalam kamar anak anda dengan kartu indeks berukuran
tiga-kali-lima inci berwarna cerah. Masukkan pula nama anak anda di kartu
tersebut.
·
Mainkan
”teka-teki” dengan kata-kata.
·
Rekamlah
suara anda ketika membaca cerita favorit anak anda, dan dorong dia untuk
mengikuti suara hasil rekaman itu sembari membaca buku tersebut.
·
Buatlah menyenangkan. Permainan dan keterlibatan
orang tua mendorong anak-anak untuk menikmati dan menguasai keterampilan yang
diperlukan untuk membaca.
Penelitian serupa dilakukan oleh Lesley Mandell Morrow,
profesor dan pakar pendidikan belajar membaca pada usia dini di Rutgers
University, mengatakan orangtua hendaknya membiarkan anak belajar membaca
dengan cara alamiah. Dari kegiatan sehari-hari, anak dapat belajar membaca.
Kegiatan memasak, berjalan-jalan, makan bersama, berbelanja bisa menjadi
kesempatan berharga untuk memacu anak belajar membaca secara bebas. "Anak
yang harus membaca buku akan merasa terpaksa untuk belajar", katanya.
Hambatan berikutnya dalam
membaca adalah motivasi. Gangguan ini terutama dialami mahasiswa ketika harus
membaca text book tebal yang tidak disukai. Rendahnya motivasi akan muncul
ketika Anda hendak membaca suatu buku tapi tidak terlalu tahu buku tersebut
tentang apa. Maka Anda akan cenderung membaca sekedarnya saja dan tidak terlalu
berminat untuk membaca dengan pemahaman yang baik.
Bagaimana mengatasi motivasi
ini? Caranya adalah Anda harus menemukan jawaban mengapa Anda perlu membaca
buku tersebut. Bahasa kerennya What
Is In It For Me? Jika
buku tersebut text book perkuliahan yang tebal dan membosankan, coba bayangkan
apa yang menarik dari judulnya, topik-topik yang dibahas di dalamnya, dan apa
yang bisa Anda aplikasikan jika menguasai buku tersebut. Jika buku tersebut
sebuah biografi, coba bayangkat betapa hebatnya orang yang dibahas, apa yang
telah dia lakukan akan dapat menjadi pelajaran bagi Anda. Jika buku tersebut
adalah buku-buku self
help atau Management,
bayangkan apa yang akan terbantu jika Anda bisa menguasainya. Jika telah
berusaha sekuat tenaga dan tetap tidak memiliki motivasi untuk membaca sebuah
buku tertentu, maka jangan-jangan buku tersebut memang tidak cocok buat Anda
dan harus diganti dengan buku yang lain.
Mengapa motivasi penting dalam
membaca? Nantinya ketika Anda mulai membaca teks yang panjang, motivasi inilah
yang akan mempertahankan stamina Anda dan memberi kekuatan untuk terus membaca
sampai selesai karena ingin mengetahui dan memahami isinya. Tanpa motivasi
mungkin ada bisa membaca sampai beberapa halaman, tapi setelah itu segera bosan
dan malas meneruskannya.
Motivasi menjadi pendukung
konsentrasi dan saling bantu membantu dalam menciptakan pemahaman yang utuh
baik secara nalar maupun emosional. Jika Anda memiliki otak yang cemerlang dan
konsentrasi yang tinggi, mungkin Anda bisa memahami materi dengan mudah. Akan
tetapi, motivasi-lah yang membantu untuk mempertahankan pemahaman tersebut
dalam jangka panjang karena motivasi melibatkan emosi dan keinginan untuk
menikmati suatu bahan bacaan.
Peran orangtua, pemerintah, dan
lembaga pendidikan juga sangat diperlukan untuk meningkatkan minat baca.
Peran Orang Tua dalam
menumbuhkan minat baca
Peran Pemerintah dalam
menumbuhkan minat baca
Peran Lembaga Pendidikan dalam
menumbuhkan minat baca
Minat baca bangsa kita
tergolong masih sangat rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di
Asia Timur. Keadaan ini sungguh memprihatinkan karena hal tersebut mencerminkan
budaya bangsa.
Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang menuntut
seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan
kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan
makna tulisa dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk
mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long
learning.
Membaca yang selama ini
merupakan hal yang tabu bagi masyarakat kita memiliki begitu banyak tujuan dan
manfaatnya. Secara umum, tujuan dan manfaat membaca adalah memperluas wawasan
seseorang.
Berikut adalah jenis-jenis
membaca.
Rendahnya
minat baca bangsa kita dipicu oleh beberapa hal diantaranya yang paling
menonjol adalah tidak adanya kebiasaan yang diterapkan dari nenek moyang kita.
Hadirnya media komunikasi seperti televise dan jaringan internet semakin
mempertinggi tingkat kemalasan membaca bangsa kita. Motivasi dalam membaca juga
dirasakan kurang untuk mendorong dan menumbuhkan ,kembali minat baca.
Untuk
meningkatkan kembali minat baca peran orangtua adalah yang paling utama
kemudian berlanjut ke pemerintah dan lembaga pendidikan.
Sebagai
warga Negara yang peduli akan bangsa dan sebagai orang yang terdidik, marilah
kita bersama-sama memberantas angka buta huruf
bangsa kita dengan meningkatkan minat baca mulai dari diri, keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Kita
harus berprinsip bahwa, “Tidak ada buku tidak ada kehidupan. Dunia tanpa buku
adalah kegelapan. Peradaban tanpa buku adalah barbar. Sebagai kekuatan budaya,
buku adalah aliran darah bagi keberlangsungan suatu bangsa. Kini, buku sedang
menjalani sebuah kisah yang memilukan di negeri tercinta ini. Jendela dunia itu
kini sedang koyak diterjang badai kegelapan. Akan tetapi tugas kita adalah
menyalakan sebuah lilin bukan mencerca kegelapan”.
Selamat
membaca dan semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar