MAKALAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
“KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU (KET)”
AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE
2013
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DEFINISI
Ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan
akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik
dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”.
Kehamilan
ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak
di tempat yang normal yakni, dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan
ektopik lebih tepat dari pada istilah ekstra uteri yang sekarang masih juga
banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang
berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal misalnya
kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kehamilan serviks uteri.
Menurut
lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan:
1. Tuba falopi
a. Pars interstisialis
b. Isthmus
c. Ampulla
d. Infundibulum
e. Fimbria
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Difertikulum
c. Koruna
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar
uterus
A. KEHAMILAN TUBA
Etiologi
Fertilisasi
yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampulla tuba. Dari sini
ovum yang telah dibuahi digerakkan di cavum uteri dan di tempat yang akhir ini
mengadakan implantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang menghambat atau
menghalangi gerakan ini,dapat menjadi sebab bahwa implantasi terjadi pada
endosalping; selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang
dibuahi memberi predisposisi untuk implantasi di luar kavum uteri,akan tetapi
hal ini kiranya tidak banyak terjadi
Di antara
sebab sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga blastokista mengadakan implantasi di tuba ialah:
1. Bekas radang pada tuba;di sini radang
menyebabkan perubahan perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi
masih dapat terjadi,gerakan ovum ke uterus terlamba;
2. Kelainan bawaan pada tuba, antara
lain di vertikulum, tuba sangat panjang dan sebagainya;
3. Gangguan fisiologik tuba karena
pengaruh hormonal, pelengketan perituba, tekanan pada tuba oleh tumor dari
luar, dan sebagainya
4. Operasi plastik pada tuba
5. Abortus buatan.
Patologi
Mukosa pada tuba bukan
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di
dalamnya. Vaskularisasi kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna.
Dengan demikian ada tiga kemungkinan;
1) Ovum mati kemudian diresorbsi,dalam hal
ini seringkali adanya kehamilan tidak diketahui,dan perdarahan dari uterus yang
timbul sesudah meninggalnya ovum,dianggap sebagai haid yang datangnya agak
terlambat,
2) Trofoblast dan villus korialisnya
menembus lapisan pseudokapsularis,dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam
lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba ( hematosalping),dan dapat
pula mengalir terus ke rongga peritoneum,berkumpul di kavum douglasi,
menyebabakan hematokele retrouterina.
Pada
peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba, ovum untuk sebagian atau
seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari ostrium tuba abdominalis.
Abortus tuba biasnya terjadi pada kehamilan pada ampulla; darah yang keluar
kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena
dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
3) Trofoblast dan villus korialis
menembus lapisa muskularis dan peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan
perdarahan langsung ke rongga peritoneum. Peristiwa ini yang sering terjadi
pada kehamilan isthmus,dapat menyababkan perdarahan banyak karena darah
mengalkir secara bebas dalam rongga peritoneum,dan dapat menyababkan keadaan
yang gawat pada penderita
Ruptur bisa terjadi pada dinding yang
mengahadapi mesosalping,darah mengalir antara dua lapisan mesosalping dan
kemudian di ligamentum latum, dan menyebabkan hematom intraligamenter. Baik
pada abortus tuba maupun rupture tuba,kejadian tidak jarang,timbul sekitar 14
hari sesudah implantasi ovum dalam tuba, masalah kadang-kadang sebelum saat
semestinya dating haid.
Pada kehamilan di pars interstisialis
tuba pembesaran terjadi pada jaringan uterus di sekililing interstisialis.
Jaringan ini sebagian besar terdiri atas miometrium tidak lekas di tembus oleh
villus korialis, sehingga kehamilan ,bias berlangsung terus sampai 16-20
minggu. Akan tetapi perdarahan sebagai akibat ruptur tidak jarang hebat
sekali,sehingga memerlukan pertolongan dengan segera untuk mengatasinya.
Uterus,walaupun
tidak terisi mudigah di dalamnya,pada kehamilan ektopik juga membesar dan
lembek dibawah pengaruh hormone,begitu pula terjadi desidua di dalam uterus.
Gangguan
ringan dan yang tidak menghentikan berlangsungnya kehamilan dapat menimbulkan
perdarahan endometrium. Kadang-kadang khususnya jika mudigah mati,timbul
perdarahan lebih banyak dengan mengikutsertakan pengeluaran desidua utuh dalam
bentuk sebagai cetakan dari kavum uteri
Perubahan
yang dapat pula dikemukakan pada endometrium ialah “Reaksi arias-Stella”. Di
sini pada suatu tempat tertentu pada endometrium terlihat bahwa sel-sel kelenjar
membesar dan hiperkromatik,dengan mitosis,sitoplasma menunjukkan vakuolisasi,
dan batas antara sel-sel menjadi kurang jelas. Perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi dengan hormon yang berlebihan dan di temukan dalam endometrium yang
berubah menjadi desidua, harus menimbulkan kewaspadaan ke arah adanya dan
khususnya kehamilan ektopik.
Gambaran Klinik
Pada kehamilan ektopik yang muda dan
tidak terganggu terdapat gejala-gejala seperti pada kehamilan normal yaitu
amenorea, mual sampai muntah dan sebagainya . mungkin rasa nyeri kiri atau
kanan pada perut bagian bawah lebih sering ditemukan berhubung dengan tarikan
pada peritoneum dinding tuba berhubung dengan pembesaran tuba karena kehamilan
ektopik. Uterus juga membesar dan lembek seperti pada kehamilan intrauterine;
pada kehamilan dua bulan mungkin di samping uterus yang membesar dapat
ditemukan tumor yang lembek dan licin,akan tetapi hal itu dapat disebabkan oleh
korpus luteum graviditatis atau suatu
tumor ovarium.
Amenorea
diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering dijumpai pada kehamilan
ektopik. Biasanya perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlangsung cukyup
lama,dan darah berwarna hitam. Seperti telah dikemukakan jika mudigah mati
desidua dapat dikeluarkan seluruhnya,pada pemeriksaan histolik pada desidua ini
tidak ditemukan villus korialis.
Abortus
tuba ialah gangguan yang umumnya tidak begitu mendadak,dan dapat memberikan
gambaran yang beraneka ragam. Timbul perdarahan dari uterus yang berwarna
hitam,dan rasa nyeri di samping uterus sebuah tumor nyeri tekan, agak lembek
dengan batas batas yang tidak rata dan jelas,kadang kadang uterus termasuk
dalam tumor tersebut. Kavum douglasi menonjol ke vagina karena darah di
dalamnya,kadang-kadang teraba dengan jelas hemtokele sebagai tumor agak lembek.
Satu gejala yang penting ialah timbul nyeri yang cukup keras apabila serviks
uterus yang digerakkan.
Tergantung
dari banyaknya darah yang keluar ke rongga perut,penderita tampak biasa saja atau tampak anemis. Suhu badan agak naik
,tetapi tidak banyak. Di tempat adanya hematosalting perut nyeri pada palpasi
dan kadang-kadang dapat diraba tumor pada pemeriksaan tersebut .
Pada rupture tuba peristiwa terjadi
dengan mendadak dan keadaan penderita umumnya lebih gawat. Adanya anemi lebih
tampak,kadang-kadang penderita dalam keadaan syok,dengan suhu badan
menurun,nadi cepat, tekanan darah menurun,dan bagian perifer badan terasa
dingin. Perut agak membesar,menunjukkan tanda tanda rangsangan peritoneum
dengan rasa nyeri yang keras pada palpasi. Kadang kadang dapat ditemukan cairan
bebas dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik uterus tidak dapat
diraba dengan jelas karena dinding perut menegang dan uterus dikelilingi oleh
darah. Gerakan pada serviks uteri nyeri sekali,dan kavum douglas terang menonjol.
Diagnosis
Gejala gejal kehamilan ektopik
beraneka ragam,sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan
kesulitan,khususnya kehamilan ektopik yang belum terganggu sulit untuk dibuat
diagnosis. Yang penting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah
supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan
ini.
Gejala gejala yang perlu diperhatikan
ialah :
a) Adanya amenorea: amenorea sering
ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum diikuti oleh perdarahan,malah
kadang kadang tidak ada amenorea
b) Perdarahan: gangguan kehamilan
sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahan yang berasal dari uterus.
Perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam. Jika mudiga
mati,desidua dapat dikeluarkan seluruhnya ,desidua itu tidak mengandung villus
corialis
c) Rasa nyeri: nyeri perut merupakan
gejala penting. Pada kehamilan ektopik yang terganggu rasa nyeri perut bawah
bertambah sering dan keras
d) Keadaan umum penderita: tergantung
dari banyaknya darah yang keluar dari tuba,keadaan umum ialah kurang lebih
normal,sampai gawatdengan syok berat dan anemi.pada abortus tuba yang sudah
berlangsung beberapa waktu suhu badan agak meningkat dan terdapat leukositosis.
Hb dan hematokrit perlu diperiksa pada dugaan kehamilan ektopik terganggu
e) Perut: pada abortus tuba terdapat
nyeri takan di perut bagian bawah di sisi uterus, dan pada pemeriksaan luar
atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat,nyeri tekan
dengan batas batas yang tidak rata di samping uterus. Hematokelretrouterina
dapat ditemukan. Pada rupture tuba perut menegang dan nyeri tekan dan dapat
ditemukan cairan bebas dalam rongga peritoneum. Kavum douglasi menonjol karena
darah yang berkumpul di tempat tersebut. Baik pada abortus tuba maupun pada
rupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali.
Pemeriksaan pemeriksaan untuk
membantu diagnosis
a. Tes kehamilan
b. Dilatasi dan kerokan
c. Laparoskopi
d. Ultrasonografi
e. Kuldosintesis
f.
Histerosalpingograpi
dan tes pitosin
Diagnosis diferensial
a. Infeksi pelvic
b. Abortus imminiens atau abortus
inkompletus
c. Tumor ovarium
Penanganan
Kehamilan ektopik tidak terganggu
harus segera di operasi untuk menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya
gangguan kehamilan tersebut. Operasi yang dilakukan ialah salpingektomi yakni
pengangkatan tuba yang mengandung kehamilan.
Pada abortus tuba ,walaupun tidak
selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita,sebaiknya juga dilakukan operasi.
Keberatan terhadap terapi konservatif ialah bahwa walaupun darah yang berkumpul
di rongga perut lambat laun dapat direbsorbsi atau untuk sebagian dapat di
keluarkan dengan kolpotomi(pengeluaran leawat vagina dari darah di kavum
douglasi),sisa darah dapat menyebabkan perlekatan –perlekatan dengan bahaya
ileus.
Operasi terdiri atas
salpingektomi,akan tetapi tidak jarang ovarium termasuk dalam gumpalan darah
dan sukar dipisahkan,sehingga terpaksa dilakukan salpingo-ooforektomi. Darah
dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan ,dan tuba dan ovarium dari sisi
yang lain diperiksa.
Jika penderita sudah punya anak yang
cukup, dan terdapat kelainan pada tuba tersebut,dapat dipertimbangkan untuk
mengangkat tuba itu pula,untuk mencegah berulangnya kehamilan ektopik. Jika
penderita belum punya anak,maka pada kelainan pada tuba dapat dipertimbangkan
untuk mengkoreksi kelainan tersebut, hingga tuba berfungsi.
Pada rupture tuba,segera dilakukan
transfuse darah dan laparatomi. Pada laparatomi itu perdarahan selekas mungkin
dihentikan dengan menjepit bagian dari adneks yang menjadi sumber
perdarahan.keadaan umum penderita uterus diperbaiki dan darah di rongga perut
sebanyak mungkin dikeluarkan. Sesudah itu dilakukan salpingektomi atau
salpingo-ooforektomi. Adneks yang lain sebaiknya diperiksa,tetapi jangan
membunang waktu dengan mengambil tindakan pada tubanya. Konservasi ovarium dan
uterus pada wanita yang belum pernah punya anak peril dipikirkan sehubungan
dewasa ini masih ada kemungkinan dapat anak melalui fertilisasi invitro.
Pada rupture pars interstisialis tuba
seringkali terpaksa dilakukan histerektomi subtotal untuk menjamin bahwa
perdaraha berhenti.
B. BEBERAPA JENIS KEHAMILAN EKTOPIK LAIN
1.
Kehamilan
servikal
Kehamilan ini
jarang dijumpai, dan biasanya terjadi abortus spontan didahului oleh perdarahan
yang makin lama makin banyak. Kehamilan ini jarang sekali berlangsung lewat 20
minggu.
Perdarahan
yang banyak merupakan indikasi untuk mengambil tindakan, terdiri atas kerokan
kavum uteri dan kanalis servikalis. Diagnosis biasanya baru dibuat pada waktu
itu. Dengan USG diagnosis dapat ditegakkan lebih dini.
2.
Kehamilan
dalam divertikulum uterus
Kehamilan ini
jarang sekali terdapat dan sangat sulit untuk membuat diagnosisnya. USG dan MRI
kiranya dapat menegakkan diagnosis. Akibat kehamilan ini adalah rupture keluar
dari uterus atau abortus. Kadang-kadang kehamilan dapat berlangsung terus dan
memerlukan laparatomi untuk melahirkan janin diikuti dengan histerektomy.
3. Kehamilan Ovarial
Kehamilan ini
jarang terdapat , terjadi apabila spermatozoon memasuki folikel deegraf yang
baru saja pecah, dan menyatukan diri dengan ovum yang masih tinggal dalam
folikel.
Nasib
kehamilan ini ialah ovum yang dibuahi mati, atau terjadi rupture.
Untuk dapat membuat diagnosis
kehamilan ovarial murni, harus dipenuhi beberapa syarat (Spiegelberg):
a. Tuba pada tempat kehamilan harus
normal
b. Kantong janin harus terletak pada
ovarium
c. Ovarium yang mengandung kantong janin
harus berhubungan dengan uterus lewat ligamentum ovariiproprium
d. Harus ditemukan jaringan ovarium
dalam dinding kantong janin
4.
Kehamilan
intra dan ekstra uterin
Kombinasi
kehamilan intra uterin dan kehamilan tuba terjadi kurang lebih 1x diantara 6000
kehamilan. Kombinasi ini biasanya terjadi pada kehamilan kembar dengan 1 ovum
yang dibuahi berimplantasi di kavum uteri dan ovum yang lain berimplantasi di
tuba. Dalam hal ini biasanya terjadi gangguan kehamilan tuba yang memerlukan
tindakan operasi, dan kemudian ternyata bahwa uterus tumbuh terus berhubung
dengan masih adanya kehamilan dalam uterus.
5.
Kehamilan
abdominal
Kehamilan
abdominal bisa primer atau sekunder. Kehamilan abdominal primer terjadi apabila
ovum dan spermatozoon bertemu dan bersatu di dalam satu tempat pada peritoneum
dalam rongga perut, dan kemudian juga berimplantasi di tempat tersebut. Karena
syarat-syarat untuk implantasi kurang baik, maka kehamilan berhenti dengan
kematian modiga disertai dengan perdarahan. Kehamilan jenis ini sangat jarang
ditemukan. Lebih sering ialah kehamilan abdominal sekunder yang merupakan pula
kehamilan tuba, yang walaupun terjadi cukup untuk memungkinkan modiga bertumbuh
terus. Modiga yang menjadi janin dapat meninggalkan tuba melalui ostium
abdominalis atau lewat sobekan dinding tuba, dan kemudian letak kantong janin
dalam rongga peritoneum. Begitu pula plasenta berinsersi di luar tuba pada
dinding belakang uterus pada ligamentum latum, atau pada dinding panggul. Dalam
keadaan demikian gambar usus dan omentum.
Karena
tipisnya kantong janin, maka gerakan janinmenimbulkan rasa nyeri cukup keras
pada penderita selain itu bahaya perdarahan dan ileus selalu mengancam.
Tempat pertumbuhan janin yang tidak
sempurna menyebabkan kematian janin atau janin tidak dapat tumbuh secara
normal. Jika pada kehamilan yang sudah lanjut janin meninggal, maka tidak
selalu terjadi resorbsi seluruhnya dan terjadi mumifikasi atau klasifikasi
janin (lithopedion); adapula kemungkinan terjadi infeksi dengan pembentukan
abses.
Diagnosis
Kecurigaan terhadap kehamilan ektopik
lanjut sering kali timbul karena rasa nyeri yang berlebihan, dan ditemukan
janin dalam letak yang tidak
normaldengan bagian bagian janin dapat diraba dengan jelas dibawah dinding
abdomen pada palpasi. Kadang kadang
diatas simpisis teraba tumor sebesar tinju ,yakni uterus.
Tes oksitosin (pemberian oksitosin
dalm dosis kecil dengan jalan infuse intravena) membuktikan adanya kehamilan
ektopik lanjut apabila pda pemeriksaan bimanual diluar kantong janin diraba
suatu tumor sebesar tinju yang
berkontraksi .
Foto roengent bisa juga member
petunjuk tentang adanya kehamilan ektopik lanjut kareana letak janin yang tidak
normal. Lanjut histerosalpingografi memberikan gambaran yang bagus dari kavum
uteri yang kosong dan lebih besar dari biasanya, dengan janin diluar uterus,
tetapi pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik lanjut sudah dipastikan
dengan USG atau MRI.
Terapi
Mengingat besarnya perdarahan bagi wanita
dengan
kehamilan ektopik lanjut tindakan operasi perlu segera dilakukan
,terutama pada janin yang masih hidup ;pada janin yang sudah mati,urgensi untuk
segera menjalankan operasi tidak begitu besar oleh karena dengan menunggu bahaya perdarahan mungkin berkurang.
Pada operasi janin dikeluarkan dengan
membuka kantong janin pada tempat di mana tidak terdapat pembuluh-pembuluh
darah yang besar; karena plasenta tidak berinsersi pada dasar yang dapat
berkontraksi dan dapat menghentikan perdarahan setelah plasenta diangkat, maka
biasanya plasenta ditinggalkan dalam perut. Dengan sikap ini resorbsi plasenta
memerlukan waktu yang lama, dan terdapat resiko ileus, akan tetapi sikap ini
dianggap lebih baik dari pada usaha untuk mengeluarkan plasenta pada operasi
dengan resiko perdarahan banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H ; Saifuddin, A.B ; Rachimhadhi, T. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Cetaka Keempat. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2008 : 250-255
Tidak ada komentar:
Posting Komentar