Selasa, 15 Oktober 2013

MEMBACA sebagai ESENSI PENDIDIKAN





                                                      DAFTAR ISI                                                    
BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Kebiasaan membaca yang kurang baik itu bisa dilihat dari jumlah buku baru yang terbit di negeri ini, yaitu hanya sekitar 8.000 judul/tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang menerbitkan 15.000 judul/tahun, Vietnam 45.000 judul/tahun, sedangkan Inggris menerbitkan 100.000 judul/tahun! Jumlah judul buku baru yang ditulis dan diterbitkan itu menunjukkan betapa budaya baca masyarakat kita masih tergolong rendah. Mengapa demikian?
B.     TUJUAN PENULISAN
C.     RUMUSAN MASALAH
D.    METODE PENULISAN
E.     SISTEMATIKA PENULISAN
                                                           BAB II
PEMBAHASAN
A.     APA ITU MEMBACA?
B.     JENIS-JENIS DAN TEKHNIK MEMBACA
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
1. Menggunakan ucapan yang tepat,
2. Menggunaka  frase yang tepat,
3. Menggunakan intonasi suara yang wajar,
4. Dalam posisi sikap yang baik,
5. Menguasai tanda-tanda baca,
6. Membaca dengan terang dan jelas serta tidak terbata-bata
7. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8. Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
9. Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
10. Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
11. Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,
3. membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
4. tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
5. mengerti dan memahami bahan bacaan,
6. Dituntut kecepatan mata dalam membaca,
7. membaca dengan pemahaman yang baik,
8. dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :

Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
a.  Membaca Ekstensif
Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.
Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif adalah :
a) Membaca Telaah Isi, terdiri dari:
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai.
2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).
3. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris.
4. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
5. Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari.
Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosakata (developing vocabulary)
Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
K (know) Apa yang telah diketahui (sebelum membaca)
W (want) Apa yang hendak diketahui (sebelum membaca)
L (learned) Apa yang telah diketahui (selepas membaca)
H (how) Bagaimana untuk mendapat maklumat tambahan - yang berkaitan (untuk membaca seterusnya)
C.     MANFAAT  DAN  TUJUAN MEMBACA
Lebih lanjut Nurhadi (1987) yang mengutip pendapat Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan membaca adalah :
D.    MENGAPA MEMBACA DIKATAKAN PENTING?
E.     APA YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA MINAT BACA?

  1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa/mahasiswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.
  1. Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat  perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi buku. Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan membawa dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat kita, karena internet merupakan sarana visual yang dapat disinosimkan dengan sumber informasi yang lebih uptodate,   tetapi hal ini disikapi lain karena yang dicari di internet kebanyakan berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.
  1. Banyaknya tempat-tempat hiburan seperti taman rekreasi, karaoke, mall, supermarket dan lain-lain.
  1. Budaya baca  masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan orangtua  yang sering mendongeng kepada putra-putrinya sebelum anaknya  tidur dan ini hanya diaplikasikan secara verbal atau lisan saja dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan melalui bacaan.
  1. Para ibu disibukkan dengan berbagai kegiatan di rumah/di kantor serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga waktu untuk membaca sangat minim.
  1. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga  jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada dan  kadang-kadang letaknya jauh.
F.      BAGAIMANA CARA UNTUK MENUMBUHKAN KEMBALI MINAT BACA MASYARAKAT?
Untuk mensiasati supaya masyarakat kita gemar membaca dan membaca adalah suatu kebutuhan sehari-hari, maka tidak ada jalan lain peranan orang tua sangat dibutuhkan dengan cara membiasakan anak-anak usia dini untuk mengenal apa yang dinamakan buku dan membiasakan untuk membaca.dan bercerita terhadap buku yang dibacanya. Hal ini harus dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat  dalam diri si anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan sekedar hobi melulu.
Peranan pemerintah daerah dibantu oleh kalangan dunia pendidikan, media masa, gerakan masyarakat cinta buku untuk  bersama-sama merangkul pihak-pihak swasta yang mempunyai kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mensponsori pendirian perpustakaan-perpustakaan kecil di lingkungan masyarakat seperti desa/kampung dengan bantuan berupa sarana dan prasarana dan koleksi perpustakaan yang pengelolaannya diserahkan kepada Ibu-Ibu PKK atau Karang Taruna.   Supaya gebyarnya lebih meluas  perlu diadakan lomba yang bisa di ekspos oleh media massa lokal maupun  nasional dengan iming-iming berupa hadiah yang menarik sebagaimana  lomba green and clean di Surabaya, dan ini harus dilakukan secara continue setiap tahunnya. 
Peranan kepala sekolah sangat penting sebagai ujung tombak terhadap pendirian perpustakan dan fungsi guru dan pustakawan sebagai pengembangan perpustakaan harus selalu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah daerah,  karena banyak sekolah dasar sampai menengah belum memiliki perpustakaan dan kalaupun ada sifatnya stagnasi  dan tidak berkembang karena kesulitan dana.  Pemerintah Daerah yang  sebenarnya harus  memfasilitasi perpustakaan sekolah dengan cara menggandeng pihak-pihak swasta sebagai sponsor atau sebagai mitra.  Perpustakaan keliling yang sudah ada sekarang ini perlu ditingkatnya dan  diperluas jangkauannya dengan penambahan armada dan koleksi setiap tahunnya dan  bukan malah sebaliknya  semakin  tahun semakin menurun dan akhirnya tidak beroperasi lagi  dan ini harus mendapat perhatian serius dari kita semua kalau   menginginkan bangsa kita cerdas dan pandai sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.
Kalau kita cermati secara seksama sebenarnya untuk menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat  akan bisa terwujud  kalau semua pihak mulai dari pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan,  orang tua, pecinta buku maupun  elemen masyarakat  mau duduk bersama-sama satu meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat melalui  pemasyarakatan perpustakaan.  Kalau semua sekolah/perguruan tinggi maupun dalam lingkungan kampung/desa tersedia perpustakaan maka  tentu banyak buku yang diperlukan untuk mengisi perpustakaan tersebut.  Dengan demikian betapa banyak penulis buku, penerbit, dan toko buku yang memproduksi dan mengedarkan buku serta mengisi perpustakaan di seluruh negeri. Dengan demikian lapangan kerja terbuka luas dan berpotensi besar dan inilah yang diharapkan oleh pengarang maupun penerbit  supaya dunia buku tidak lesu dan gulung tikar.

Kalau kita cermati secara seksama sebenarnya untuk menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat  akan bisa terwujud  kalau semua pihak mulai dari pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan,  orang tua, pecinta buku maupun  elemen masyarakat  mau duduk bersama-sama satu meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat melalui  pemasyarakatan perpustakaan.  Kalau semua sekolah/perguruan tinggi maupun dalam lingkungan kampung/desa tersedia perpustakaan maka  tentu banyak buku yang diperlukan untuk mengisi perpustakaan tersebut.  Dengan demikian betapa banyak penulis buku, penerbit, dan toko buku yang memproduksi dan mengedarkan buku serta mengisi perpustakaan di seluruh negeri. Dengan demikian lapangan kerja terbuka luas dan berpotensi besar dan inilah yang diharapkan oleh pengarang maupun penerbit  supaya dunia buku tidak lesu dan gulung tikar.
BAB III
PENUTUP
 
A.     KESIMPULAN
Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca berarti kita telah membuka jendela dunia. Walaupun kita tidak menjelajahi dunia secara fisik tetapi kita telah banyak mengetahui tentang dunia luar melalui bacaan yang kita baca.
B.     SARAN
DAFTAR PUSTAKA











Telah menjadi rahasia umum bahwa budaya baca masyarakat Indonesia termasuk yang paling rendah di Asia. Jangankan masyarakat, guru dan dosen sekalipun, meski secara individual adalah pendidik yang dekat dengan dunia baca-membaca, pada kenyataannya juga rendah minat dalam membaca. Tidak jarang didapati di sekolah-sekolah bahwa kebiasaan guru dalam membaca kurang dari 1 jam per hari.
Kemampuan membaca (reading literacy) anak-anak Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara berkembang lainnya, bahkan dalam kawasan ASEAN sekali pun. International Association for Evalution of Educational (IEA) dalam studi kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar kelas VI pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 setingkat di atas Venezuela yang menempati peringkat terakhir pada urutan ke 30.
United Nations Development Programme (UNDP) menjadikan angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) sebagai suatu barometer dalam mengukur kualitas suatu bangsa. Tinggi rendahnya angka buta huruf akan menentukan pula tinggi rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index – HDI) bangsa itu.
Berdasarkan laporan UNDP  tahun 2003 dalam “Human Development Report 2003 bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks – HDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Indonesia menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Sedangkan Vietnam menempati urutan ke 109, padahal negara itu baru saja keluar dari konflik politik yang cukup besar. Namun negara mereka lebih yakin bahwa dengan membangun manusianya sebagai prioritas terdepan, akan mampu mengejar ketinggalan yang selama ini mereka alami.
Melihat beberapa hasil studi di atas dan laporan United Nations Development Programme (UNDP) maka dapat diambil kesimpulan (hipotesis) bahwa kekurangmampuan anak-anak kita dalam bidang matematika dan bidang ilmu pengetahuan, serta  tingginya angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) di Indonesia adalah akibat membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa. Oleh sebab itu membaca harus dijadikan kebutuhan hidup dan budaya bangsa kita.

Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca lebih memahami pentingnya membaca sehingga dapat meningkatkan minat bacanya dan membangkitkan kembali budaya baca di masyarakat.

Adapun masalah-masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.      Apa itu membaca
2.      Jenis-jenis membaca dan tekhniknya
3.      Manfaat dan tujuan membaca
4.      Mengapa membaca dikatakan penting?
5.      Apa yang menyebabkan rendahnya minat baca bangsa kita?
6.      Bagaimana cara menumbuhkan kembali minat dan budaya baca?
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis mencari bahan dari internet sebagai panduan dalam penulisan.

Makalah ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu
I.        PENDAHULUAN, yang terdiri dari:
A.    Latar belakang
B.     Tujuan penulisan
C.     Rumusan masalah
D.    Metode penulisan
E.     Sistematika penulisan
II. PEMBAHASAN, yang terdiri dari:
A.     Pengertian membaca
B.     Jenis-jenis membaca dan tekhniknya
C.    Manfaat dan tujuan membaca
D.    Mengapa membaca dikatakan penting?
E.     Apa yang menyebabkan rendahnya minat baca bangsa kita?
F.      Bagaimana cara menumbuhkan kembali budaya dan minat baca?
III. PENUTUP, yang terdiri dari:
A.     Kesimpulan
B.     Saran





Tampubolon (1993) menjelaskan pada hakekatnya, membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian-bagian pikiran, khususnya persepsi dan ingatan terlibat di dalamnya.
Menurut Burn, Roe, dan Ross (1984), membaca merupakan proses penerimaan simbol oleh sensori, kemudian menginterpretasikan simbol atau kata yang dilihat atau mempersepsikan , mengikuti logika, dan pola tata bahasa dari kata-kata yang ditulis penulis, mengenali hubungan antara simbol dan suara antara kata-kata dan apa yang ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman langsung untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan mengingat apa yang mereka pelajari di masa lalu dan menggabungkan ide baru dan fakta serta menyetujui minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca.
Dijabarkan juga oleh tarigan (1985) bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambing-lambang tertulis.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan makna tulisa dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning).
Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi :
1.      Membaca Nyaring
2.      Membaca dalam hati
Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.

Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Membaca ekstensif meliputi:
v   Membaca Survai (Survey Reading)
v  Membaca Sekilas
v  Membaca Dangkal (Superficial Reading)

b. Membaca Intensif

1. Membaca Teliti
b) Membaca Telaah Bahasa
Ø  Membaca bahasa (Foreign Language Reading)
Ø  Membaca Sastra (Literary Reading)
TEKHNIK-TEKHNIK MEMBACA
Secara umumnya seseorang perlu menguasai dua teknik membaca, iaitu;
v  membaca pantas
v  membaca kritis
Untuk membaca pantas seseorang boleh menggunakan teknik skimming dan scanning dan untuk membaca dengan kritis seseorang boleh menggunakan teknik seperti KWLH dan SQ3R.
KWLH adalah singkatan dari:
Apa yang jelas dari penerangan tersebut ialah suatu teknik membaca kritis di mana pembaca;
Ø  mengingat dahulau apa yang telah diketahui
Ø  membayang atau menentukan apa yang ingin diketahui
Ø  melakukan pembacaan (bahan yang telah dipilih)
Ø  mengetahui apa yang telah diperoleh dari pembacaan yang baru dilakukan
Ø  menentukan apa lagi yang perlu diperoleh (agar perlu membuat pembacaan seterusnya)
SQ3R ialah teknik membaca kritis yang telah diperkenalkan oleh Robinson (1961). SQ3R merupakan satu kaedah membaca yang memerlukan seseorang mempersoal kesesuaian maklumat yang terdapat dalam suatu bahan yang dibaca dengan tugasan yang perlu diselesaikan.
SQ3R adalah singkatan bagi;
S (survey)     tinjau
Q (question) soal/tanya
R (read)       baca
R (recite)     imbas kembali atau nyatakan secara lisan
R (review)   baca semula
Survey (tinjau) ialah langkah membaca untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang apa yang terkandung di dalam bahan yang dibaca. Ini dilakukan dengan meneliti tajuk besar, tajuk-tajuk kecil, gambar-gambar atau ilustrasi, lakaran grafik, membaca perenggan pengenalan, dan perenggan terakhir di bahagian-bahagian buku atau  teks.
Di sini juga pelajar sebenarnya menggunakan teknik membaca pantas iaitu skimming dan scanning.
Question (soal atau tanya) ialah langkah yang memerlukan pelajar menyenaraikan suatu soal mengenai teks tersebut setelah mendapati teks tersebut berkaitan dengan keperluan tugasannya. Soal tersebut menunjukkan keinginan pembaca tentang maklumat yang ingin diperoleh dari bahan tersebut dan menjadi garis panduan semasa membaca kelak. Pelajar akan coba mencari jawaban atas soal-soal tersebut.
Read (baca) ialah peringkat pelajar sebenarnya membaca bahan atau teks tersebut secara aktif serta mencoba mendapat segala jawaban kepada soal-soal yang telah disenaraiakannya sebelum membaca. Ketika membaca, pelajar mungkin juga akan menyenaraikan soal-soal tambahan, berdasarkan perkembangan pemahaman dan keinginannya sepanjang melakukan pembacaan. Pelajar mungkin juga mempersoal pendapat atau maklumat yang ditemuinya.
Recite (imbas kembali) ialah peringkat yang ketiga.Setelah selesai membaca, pelajar coba mengingat kembali apa yang telah dibaca dan meneliti segala yang telah diperoleh. Pemilihan maklumat yang sesuai dilakukan dalam konteks tugasannya. Pelajar juga boleh coba menjawab soal-soal yang disenaraikan sebelumnya tanpa merujuk kepada kepada nota atau bahan yang telah dibaca.
Review (baca semula) merupakan peringkat terakhir. Pelajar membaca bahagian-bahagian buku atau teks secara terpilih untuk mengesahkan jawaban-jawaban kepada soal yang dibuatnya di langkah ketiga. Pelajar juga memastikan tidak ada fakta penting yang tertinggal.
Skimming dan Scanning
Teknik skimming dan scanning ini sesuai digunakan untuk pembacaan bahan yang ringkas seperti sesuatu petikan maupun bahan bacaan yang lebih panjang seperti buku, jurnal dan majalah. Dalam pembacaan sesuatu petikan, kita hanya memberi perhatian kepada ide penting setiap paragraf untuk mendapat gambaram umum.
Scanning ialah pembacaan cepat untuk mendapat maklumat yang khusus dan bukan untuk mendapat gambaran keseluruhan suatu bahan bacaan. Pembacaan cara ini boleh melangkah bahagian-bahagian tertentu yang dipikirkan kurang penting. Ketika kita membaca, kita akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan pantas mengikut awal surat petikan yang dibaca sambil memberi tumpuan kepada maklumat yang dicari. Oleh karena itu, membaca dengan cara ini lebih cepat daripada pembacaan cara skimming.
Dalam konteks pembelajaran, skimming dan scanning boleh digunakan bersama. Biasanya, kita boleh membaca cara skimming untuk menentukan kesesuaian suatu bahan bacaan . Jika bahan berkenaan itu didapati sesuai maka kita boleh menggunakan teknik scanning untuk mendapatkan maklumat khusus yang dicari.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca, antara lain:
Pepatah mengatakan “Malu bertanya, sesat di jalan.” Sama halnya dengan membaca, jika Anda tidak memiliki tujuan untuk apa Anda membaca, maka jangan heran jika tersesat di dalam buku yang dibaca. Tentukan tujuan Anda dalam membaca buku dan camkan baik-baik tujuan tersebut. Jika Anda membaca buku tentang perencanaan keuangan misalnya, tentukan tujuan bahwa Anda ingin mengatur keuangan bulanan rumah tangga sehingga bisa menabung minimal 500 ribu sebulan. Tujuan yang jelas akan membuat seluruh indra memasuki fase alert yang membantu memahami bahan bacaan.
Sebelum membaca keseluruhan, kenali materi yang akan dibaca. Periksa ada berapa bab buku tersebut. Bagaimana bab disusun. Apakah ada diagram dalam setiap bab yang membantu penjelasan. Atau mungkin ada tabel yang disajikan untuk menjelaskan fakta dan data. Lihat sekilas kosa kata yang dipakai apakah tergolong mudah, sedang atau sulit. Perhatikan pula apa yang dituliskan dalam kata pengantar dan sampul belakang buku.
Ingat, Anda membaca untuk memahami, bukan untuk menghafal.  Apa yang dipahami akan terus diingat sementara apa yang dihafal akan gampang sekali lupa. Karena itu dalam membaca berpeganglah pada tujuan yang telah Anda tetapkan dalam langkah dua. Kenali ide pokok dan dapatkan pemahaman. Mungkin ada beberapa detail di sana. Kuasai detail tersebut secukupnya dan tinggalkan sementara jika membuat Anda bingung. Banyak orang langsung terjebak dengan detail dan kesulitan menyelesaikan 1 paragraf dan terus menerus mengulangnya. Dengan menguasai ide pokok bacaan setidaknya Anda memahami 80% isi. Sisanya adalah detail yang bersifat referensi yang dapat Anda cari kembali dengan cepat dan mudah jika menguasai ide besarnya.
Agar bisa membaca cepat dan efektif, semua kebiasaan buruk dalam membaca harus dihilangkan mulai dari membaca sambil bersuara, bibir yang bergerak, gerakan kepala, dan mengulang-ulang kembali apa yang sudah dibaca (regresi). Jika Anda masih memiliki kebiasaan buruk tersebut maka latihlah untuk menghilangkannya. Anda akan memiliki kecepatan baca yang signifikan jika bisa menghilangkan seluruh kebiasaan buruk tadi.
Membaca cepat dilakukan dengan mengenali beberapa kata sekaligus dalam sekali lihat. Jika kebanyakan orang membaca kata per kata, maka usahakan agar Anda membaca dua kata sekaligus. Jika sudah lancar, tingkatkan dengan 3, 4 bahkan 5 kata sekaligus. Dengan demikian, kecepatan baca Anda menjadi sangat tinggi dan Anda dapat membaca dengan efisien.
Selain jumlah kata yang bisa dikenali dalam sekali lihat, faktor penting berikutnya dalam menentukan kecepatan baca seseorang adalah seberapa cepat mata membaca, menyusuri baris demi baris, halaman demi halaman. Otak memiliki kapasitas dan kemampuan yang luar biasa. Jika saja mata Anda bisa bergerak lebih cepat dan mengenali kata-kata yang dibaca, otak sangat mampu untuk memprosesnya menjadi sebuah pengertian. Lakukan latihan untuk membuat pergerakan mata menjadi teratur, berirama serta cepat.

 (1) mendapatkan informasi,
 (2) memperoleh pemahaman,
(3) memperoleh kesenangan.
(1) memperoleh informasi  aktual,
(3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang,
(4) memperoleh kenikmatan emosi, dan
(5) mengisi waktu luang (Nurhadi, 1987:11).

(1)    mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah;
(2)     mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya;
(3)     memperkuat nilai pribadi atau keyakinan;
(4)     mengganti pengalaman estetika yang sudah usang;
(5)     menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu.

Hal menarik diungkapkan oleh Nurhadi (1987) bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan. Artinya, semakin kuat tujuan seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya.
Manfaat yang dapat dipetik seseorang darikegiatan membaca, yang paling umum, manfaat yang dapat dirasakanketika membaca buku adalah dapat belajar dari pengalaman orang lain atau dapat menambah pengetahuan. Manfaat khusus dari kegiatanmembaca adalah bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindardari kerusakan jaringan otak dimasa tua. Hal ini menurut riset mutakhir bahwa membaca buku dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan syaraf-syaraf baru di otak. Menurut Jordan E. Ayan bahwa manfaat membaca buku berdampakbagi perkembangan sebagian besar jenis kecerdasan, diantaranya antaranya adalah :
1) Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tatabahasa dansintaksis yang lebih penting lagi, membaca pemperkenalkan padabanyak ragam lingkungan kreatif. Sehingga mempertajam kepekaan linguistik dan kemampuan menyatakan perasaan.
2) Membaca buku secara langsung dapat membantu mengalami perasaandan pemikiran yang paling dalam. Banyak buku dan artikel yangmengajak untuk berintropeksi dan melontarkan pertanyaan seriusmengenai perasan nilai dan hubungan dengan orang lain. Denganbegitu, secara tak langsung turut memperkembangkan kecerdasaninterpersonal, mendesak untuk merenungkan kehidupan danmempertimbangkan kembali keputusan-keputusan akan cita-cita hidup.
3) Membaca memicu imajinasi, buku yang baik mengajarkan untukmembayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian,lokasi dan karakternya.
4) Membaca bahan bacaan umumnya memaksa nalar, pengurutan keteraturan dan pemikiran logis untuk dapat mengikuti jalan ceritaatau memecahkan suatu misteri.
5) Membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus.
6)  Membangun kepercayaan diri. Semakin banyak yang kamu baca, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai. Karena kamu adalah seorang pembaca yang baik, orang-orang akan mencari kamu untuk mencari suatu jawaban. Perasaan kamu terhadap diri kamu sendiri akan semakin baik.
7)  Meningkatkan memori.Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika kita tidak menggunakan memori, kita bisa kehilangannya. Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu kamu meregangkan otot  memori dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita.
8) Meningkatkan kedisplinan.Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang sudah kita ketahui untuk dilakukan. Namun, siapa yang membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Hanya sedikit sekali. Karena itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke dalam jadwal harian kamu dan berpegang dengan jadwal tersebut akan meningkatkan kedisiplinan.
9) Meningkatkan kretivitas.Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri terhadap ide dan informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatif otak, karena otak akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir.
10) Mengurangi kebosanan.


Membaca merupakan hal yang penting bagi semua orang karena dengan membaca kita dapat memperluas wawasan yang kita miliki. Membaca juga merupakan bagian yang penting dari pendidikan. Francis Bacon mengatakan bahwa, “Sesorang yang gemar membaca akan mempunyai pandangan yang luas, membuatnya menjadi manusia yang utuh, sedangkan orang yang gemar berdiskusi membuat orang harus siap memberikan jawaban atau mengajukan pertanyaan, dan orang yang gemar menulis membuatnya menjadi manusia.
Seseorang yang gemar membaca akan menjadi intelek yang mana bila dibandingkan dengan sarjana yang malas membaca akan lebih mudah seorang intelek mendapatkan pekerjaan dari pada sarjana. sarjana menganggur sangat banyak, tapi intelektual menganggur rasanya tidak mungkin alias mustahil. Mengapa?  
Sarjana dan intelektual tidak sama dan sebangun atau memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarjana adalah gelar yang dicapai seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi. Sedangkan intelektual artinya seseorang yang cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan atau disebut juga cendekiawan. Jelas sarjana bukan padanan kata intelektual. Dengan memperhatikan definisi atau arti kata intelektual saja sudah dapat disimpulkan mustahil ada intelektual yang menganggur atau terjadi tragedi “pengangguran intelektual”. Akan tetapi, walaupun kata “pengangguran intelektual“ terasa rancu namun sudah terbiasa diucapkan di masyarakat umum alias salah persepsi.
Untuk lebih menegaskan bahwa sarjana berbeda dengan kaum intelektual berikut ini dikemukakan penjelasan tentang makna intelektual yang ditulis oleh Prof.Dr. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Islam Alternatif, menjelaskan bahwa kaum intelektual bukanlah sarjana yang hanya menunjukkan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan meperoleh gelar sarjana. Mereka juga bukan sekedar ilmuwan yang mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian. Mereka adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, mencarikan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Dengan mengutip pendapat dari James Mac Grtegor, Jalal mendefinisakan intelektual adalah a devotee of ideas, knowledge, values. Intelektual ialah orang yang terlibat secara kritis dengan nilai, tujuan, dan cita-cita yang mengatasi kebutuhan-kebutuhan praktis. Dalam definisi ini, orang yang menggarap hanya gagasan-gagasan dan data analitis adalah seorang teoritis; orang yang bekerja hanya dengan gagasan-gagasan normatif adalah seorang moralitas; orang yang menggarap sekaligus menggabungkan keduanya lewat imajinasi yang teratur itulah seorang intelektual. Sedangkan tugas kaum intelektual adalah menafsirkan pengalaman masa lalu masyarakat, mendidik pemuda dalam tradisi dan ketrampilan masyarakatnya, melancarkan dan membimbing pengalam estetis dan keagamaan berbagai sektor masyarakat…” Kang Jalal juga mengutip pendapat J.M. Burns yang menyebutkan intelektual sebagai “pengabdi gagasan-gagasan,pengetahuan dan memperjuangkan nilai-nilai yang dianutnya . Pada diri intelektual ada semangat menemukan, menyusun, menguji, melakukan sintetis (semangat ilmiah). Pada dirinya, juga ada semangat mengkritik, mencari jalan keluar, memberikan pedoman, penunjukkan arah, memperjuangkan nilai-nilai yang berorientasi ke depan.
Mengapa banyak sarjana yang menganggur? Apakah karena secara ideologi dunia pendidikan sudah menjadi agen kapitalis atau menganut paham neoliberalisme? Apakah karena kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang sekarang ini banyak dikeluhkan? Apakah karena sistem (politik) pendidikan yang tidak benar? Ataukah karena sistem belajar mengajar yang tidak beres? Jawaban dari semua pertanyaan tersebut adalah mungkin. Tetapi yang pasti mereka tidak memiliki keterampilan yang memadai, tidak menguasai bidang yang digelutinya, tidak miliki wawasan yang luas, tidak mampu membaca peluang apalagi menciptakan pekerjaan. Pendek kata mereka semua tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai pada saat menamatkan pendidikannya.
Keadaan tersebut terjadi karena sejak awal memasuki perguruan tinggi mereka memiliki motivasi yang keliru yaitu kuliah dengan tujuan hanya sekedar untuk mendapatkan selembar ijazah atau gelar kesarjanaan bukan untuk mendaptkan ilmu pengetahuan. Atau mereka tidak diberikan pembekalan bagaimana seharusnya studi di perguruan tinggi, karena perkuliahan hanyalah salah satu agenda yang harus dijalani tapi bukan satu-satunya. Untuk mencapai IPK yang bagus sebetulnya tidak terlalu sulit, asalkan rajin mempelajari modul atau pelajaran yang diberikan oleh dosen pasti nilainya akan bagus. Tapi di dunia nyata IPK hanya sebagian kecil saja untuk meraih tangga kesuksesan. Kadang-kadang IPK juga tidak identik dengan luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki atau keterampilan yang dikuasai.
Sebetulnya bekal kesuksesan yang sudah pasti adalah banyaknya ilmu serta luasnya wawasan seseorang dan salah satu cara termudah dan paling fundamental untuk menperolehnya adalah dengan rajin membaca. Sebenarnya yang menjadi biang kerok terjadinya tragedi pendidikan dan bencana pengangguran adalah malas membaca.Yang diperparah dengan tidak adanya rangsangan dan dorongan dari lingkungan perguruan tinggi yang dapat membangkitkan minat dan kebiasaan membaca baik untuk mahasiswa maupun dosennya.
Pepatah mengatakan buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. “Kunci” inilah yang sekarang ini hilang dalam tradisi pendidikan kita sehingga banyak orang yang melarat dan kelaparan padahal ada di depan gudang. Sebenarnya semua permasalahan atau kemelut pendidikan bisa diselesaikan dengan membaca. Karena membaca adalah esensi pendidikan. Secara ekstrim mungkin dapat dikatakan lebih baik tidak sekolah atau kuliah tapi memiliki kegemaran membaca yang tinggi, daripada menjadi orang kuliahan tapi tidak memiliki tradisi membaca yang baik. Sejarah telah memberikan bukti kepada kita bahwa banyak orang yang sukses walaupun bermasalah dalam sekolahnya, misalnya novelis Agatha Christie, ratu reality show dan ratu baca Oprah Wimfrey, ilmuwan Michael Faraday, ahli debat Ahmad Deedat, entrepreneur Microsoft Bill Gates, dan lain-lain. Di tanah air pun kita mengenal budayawan yang hidup tanpa ijazah seperti Ajip Rosidi dan Emha Aiun Nadjib yang oleh teman-temannya sering dijuluki “perpustakaan berjalan”. Mereka semua sukes karena membaca bukan karena sekolah.
Sekarang ini, tanpa dibarengi dengan tradisi membaca yang baik, institusi pendidikan tinggi tidak dapat dijadikan jaminan untuk menjadikan orang sukes dikemudian hari. Malahan boleh dikatakan bahwa instiutusi yang paling banyak memproduksi pengangguran adalah institusi pendidikan. Dalam sejarah belum pernah ditemukan ada orang yang banyak ilmu atau pandai tapi menganggur. Penulis berani mengatakan bahwa para pengangguran tamatan perguruan tinggi yang ada sekarang ini adalah mereka yang memiliki permasalahan dengan minat bacanya atau minat bacanya rendah. Padahal memiliki kegemaran membaca merupakan conditio sine quanon (syarat mutlak yang sangat diperlukan) untuk menjadi seorang intelektual maupun orang sukses.
Dengan membaca kita membuka jendela dunia. Tanpa harus berkeliling dunia, cukup membaca kita bisa mengetahui sesuatu yang menakjubkan tentang dunia luar. Membaca memiliki segudang manfaat yang tidak ada habisnya. Selain dapat menambah wawasan juga bisa dijadikan alternatif di waktu senggang. Salah satu tempat yang menyediakan segudang bacaan adalah perpustakaan.
”Membaca bagaikan terbang ke sebuah titik pandang yang tinggi untuk menyaksikan hamparan wilayah yang luas: sejarah, ragam manusia, ide-ide, pengalaman, dan buah berbagai pencarian”, kata AC Grayling dari Financial Times. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan pada bahwa membaca belum menjadi arus utama pembangunan di Indonesia. Juga memperlihatkan betapa buruknya kita menciptakan budaya membaca. Yang berkembang adalah budaya menonton. Kita mengalami sebuah ”lompatan budaya”, yaitu, kita melompat dari keadaan praliterer ke masa pascaliterer, tanpa melalui masa literer. Masyarakat praliterasi adalah masyarakat yang hidup dalam tradisi lisan dan sulit mengakses sumber informasi. Kalaupun mudah, mereka tidak bisa mencernanya dengan baik. Kendala utama tentu saja pendidikan. Masyarakat literasi yang mewakili masyarakat terdidik. Walaupun memiliki akses terhadap bacaan, tidak berarti tradisi baca-tulis tumbuh subur di kalangan ini. Sedangkan masyarakat posliterasi yang mewakili segmentasi penduduk di kota-kota besar, terutama mereka yang memiliki akses ke teknologi informasi dan audiovisual seperti internet, TV kabel, multimedia, sarana telekomunikasi bergerak, dan sebagainya ( Adlin, 2006).
Kita melompat senang menonton televisi, tanpa melalui tahap masyarakat gemar membaca. Dalam hal ini ada benarnya tesis pemikiran Neil Postman yang mengatakan bahwa dunia hiburan dapat membangkrutkan budaya sebuah bangsa, terutama bangsa dengan tradisi membaca yang lemah. Kondisi itu diperburuk semakin tidak pedulinya orang tua akan kegiatan membaca. Semakin banyak keluarga yang kedua orang tuanya sibuk bekerja sehingga mereka tidak lagi mempunyai cukup waktu dan energi untuk mendekatkan anaknya dengan buku. Ironisnya, ketika anak mulai masuk sekolah, materi baku kurikulum sering membuat guru tidak mempunyai ruang gerak untuk berkreasi. Akhirnya, mereka hanya terpaku pada satu buku wajib.
Dunia pendidikan selalu diidentikkan dengan buku-buku sebagai salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Tak hanya itu, di beberapa perguruan tinggi bahkan menerapkan peraturan bagi mahasiswa yang akan lulus untuk menyumbangkan buku-buku yang ia miliki untuk diserahkan kepada perpustakaan setempat. Hal tersebut membuktikan bahwa buku merupakan suatu kekayaan yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya karena berisi ilmu pengetahuan atau informasi yang berguna bagi kehidupan manusia.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan bisa menghambat masyarakat untuk mencintai dan menyenangi buku sebagai sumber informasi layaknya membaca koran dan majalah, yaitu:
Seringkali kita dengar bahwa membaca adalah kegiatan yang membosankan. Seperti beberapa fakta yang saya ungkapkan diatas, menerapkan budaya membaca itu “susuga” (Susah Susah Gampang). Pasalnya main set masyarakat Indonesia cenderung memilih sesuatu yang visual daripada tulisan. Mereka memilih berdiam diri di rumah daripada berkunjung ke perpustakaan umum yang jaraknya tidak lebih dari 500 m.
Membaca itu bukan kegiatan yang membosankan. Inilah main set yang perlu dirubah. Membaca adalah kegiatan yang berkorelasi keuntungan bagi kita. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak info dan wawasan baru yang diserap.  Dengan membaca buku dapat dijadikan bahan untuk diskusi. Bahkan dari buku itulah akan timbul ide-ide baru untuk menciptakan sesuatu. Dari membaca juga lahirlah pemimpin-pemimpin besar seperti Abraham Lincoln, Winston Churchill, Jawaharlal Nehru, B.J. Habibie, dan lain-lain.
Banyak orang pintar dan cerdas disebabkan dari rajin membaca. Membaca dapat membuat pikiran seseorang menjadi lebih dewasa. Dewasa yang berarti memandang permasalahan sebagai tantangan untuk maju dan menjadi lebih baik ke depannya. Dengan membaca membuat pemikiran semakin matang dan tidak memandang permasalahan dari satu sisi tetapi dari berbagai sudut pandang. Hal inilah menjadikan seseorang arif dan bijaksana dalam menyikapi kehidupan.
Sebagian remaja juga memiliki main set yang salah tentang orang-orang yang gemar membaca. Mereka memberikan julukan seperti kutu buku, cupu, ketinggalan zaman dan sebagainya. Anak-anak remaja berpendapat bahwa orang yang gemar membaca adalah orang yang sulit diajak bicara, tidak gaul, dan introvert (kepribadian tertutup).
Salah besar. Itu adalah penilaian paling salah. Orang yang gemar membaca tidak sulit diajak bicara. Orang yang gemar membaca memiliki segudang wawasan yang enak uintuk dijadikan bahan pembicaraan. Selain itu mereka juga dapat membantu kita menyelesaikan masalah karena dengan membaca mereka belajar mengenal puluhan bahkan ribuan karakter yang berbeda dan memiliki solusi terbaik.
Orang yang gemar membaca itu tidak gaul. Inilah yang dijadikan senjata para remaja untuk menjatuhkan mental para kutu buku. Gaul itu relatif. Kita tidak bisa memberikan definisi gaul adalah suka berbelanja di pusat perbelanjaan, memiliki berbagai macam model pakaian keluaran terbaru dan lain-lain. Definisi gaul masa depan adalah suka membaca buku, menghabiskan uang mereka untuk meminjam maupun membeli buku dan berpetualang dengan beberapa buku karangan penulis best seller. Orang yang suka membaca sebenarnya memliki wawasan luas.
 Orang yang gemar membaca memiliki kepribadian tertutup atau introvert. Sebenarnya label ini dikarenakan karena orang yang sedang menikmati bacaan, seakan-akan tidak memperhatikan sekelilingnya. Mereka memiliki kepribadian terbuka, tetapi saat itu mereka sedang menikmati buku yang mereka baca dan tidak ingin diganggu. Seperti saat kita menonton televisi, ada acara yang menarik. Kita tidak akan memindah saluran televisi dan kurang memperhatikan sekeliling. Namun sebenarnya kita tidak punya keinginan untuk mengabaikan sekeliling hanya pada saat itu kita sedang menikmati acara yang menarik. Itulah alasan mengapa orang yang membaca buku membutuhkan ketenangan dan tidak ingin diganggu.
8.      Adanya kemajuan tekhnologi seperti internet yang membuat pelajar malas membaca. Untuk mengerjakan tugas, mereka lebih memilih untuk mencarinya di internet dengan cara coppy paste yang dianggap lebih mudah. Masyarakat salah memanfaatkan sarana yang ada.
Menumbuhkan minat baca adalah sebuah proses sosial yang memerlukan waktu. Banyak faktor yang harus dilibatkan salah satunya adalah melalui pembiasaan yang dimulai dari masa kanak-kanak. Masa kanak-kanan adalah waktu yang paling penting untuk menanamkan kebiasaan membaca.
Rita Dunn, direktur Center for the Study of Learning and Teaching Styles dan juga penulis buku Bringing Out The Giftedness in Your Child, menawarkan strategi yang amat menolong untuk mempertimbangkan kapan anak siap untuk memulai belajar membaca, memperkenalkannya dengan kata-kata sederhana dan membaca konsep, serta membuat belajar itu menyenangkan.
Menurut Dunn, anak-anak pada umumnya siap untuk membaca ketika mereka memperlihatkan minat pada cerita-cerita dan buku-buku pavorit. ”Ketika mereka meminta dibacakan cerita tertentu berulang-ulang, itulah pertanda yang pasti” kata beliau. Pertanda lain ihwal kesiapan membaca ialah ketika anak-anak membuat cerita sendiri atau mulai membuka-buka halaman buku cerita; Dunn juga mencatat bahwa usia anak-anak yang telah siap adalah umur dua setengah tahun, akan tetapi yang lebih umum adalah usia tiga atau empat tahun. Di bawah ini akan dimuat beberapa langkah atau tip yang dapat dilakukan orang tua dalam mempersiapkan anak mulai membaca. (Koran Tempo, 10 Juni 2001):
·         Membacalah untuk anak anda setiap malam.
·         Beri label obyek-obyek di dalam kamar anak anda dengan kartu indeks berukuran tiga-kali-lima inci berwarna cerah. Masukkan pula nama anak anda di kartu tersebut.
·         Mainkan ”teka-teki” dengan kata-kata.
·         Rekamlah suara anda ketika membaca cerita favorit anak anda, dan dorong dia untuk mengikuti suara hasil rekaman itu sembari membaca buku tersebut.
·         Buatlah  menyenangkan. Permainan dan keterlibatan orang tua mendorong anak-anak untuk menikmati dan menguasai keterampilan yang diperlukan untuk membaca.
Penelitian serupa dilakukan oleh Lesley Mandell Morrow, profesor dan pakar pendidikan belajar membaca pada usia dini di Rutgers University, mengatakan orangtua hendaknya membiarkan anak belajar membaca dengan cara alamiah. Dari kegiatan sehari-hari, anak dapat belajar membaca. Kegiatan memasak, berjalan-jalan, makan bersama, berbelanja bisa menjadi kesempatan berharga untuk memacu anak belajar membaca secara bebas. "Anak yang harus membaca buku akan merasa terpaksa untuk belajar", katanya.
Hambatan berikutnya dalam membaca adalah motivasi. Gangguan ini terutama dialami mahasiswa ketika harus membaca text book tebal yang tidak disukai. Rendahnya motivasi akan muncul ketika Anda hendak membaca suatu buku tapi tidak terlalu tahu buku tersebut tentang apa. Maka Anda akan cenderung membaca sekedarnya saja dan tidak terlalu berminat untuk membaca dengan pemahaman yang baik.
Bagaimana mengatasi motivasi ini? Caranya adalah Anda harus menemukan jawaban mengapa Anda perlu membaca buku tersebut. Bahasa kerennya What Is In It For Me?  Jika buku tersebut text book perkuliahan yang tebal dan membosankan, coba bayangkan apa yang menarik dari judulnya, topik-topik yang dibahas di dalamnya, dan apa yang bisa Anda aplikasikan jika menguasai buku tersebut. Jika buku tersebut sebuah biografi, coba bayangkat betapa hebatnya orang yang dibahas, apa yang telah dia lakukan akan dapat menjadi pelajaran bagi Anda. Jika buku tersebut adalah buku-buku self help atau Management, bayangkan apa yang akan terbantu jika Anda bisa menguasainya. Jika telah berusaha sekuat tenaga dan tetap tidak memiliki motivasi untuk membaca sebuah buku tertentu, maka jangan-jangan buku tersebut memang tidak cocok buat Anda dan harus diganti dengan buku yang lain.
Mengapa motivasi penting dalam membaca? Nantinya ketika Anda mulai membaca teks yang panjang, motivasi inilah yang akan mempertahankan stamina Anda dan memberi kekuatan untuk terus membaca sampai selesai karena ingin mengetahui dan memahami isinya. Tanpa motivasi mungkin ada bisa membaca sampai beberapa halaman, tapi setelah itu segera bosan dan malas meneruskannya.
Motivasi menjadi pendukung konsentrasi dan saling bantu membantu dalam menciptakan pemahaman yang utuh baik secara nalar maupun emosional. Jika Anda memiliki otak yang cemerlang dan konsentrasi yang tinggi, mungkin Anda bisa memahami materi dengan mudah. Akan tetapi, motivasi-lah yang membantu untuk mempertahankan pemahaman tersebut dalam jangka panjang karena motivasi melibatkan emosi dan keinginan untuk menikmati suatu bahan bacaan.
Peran orangtua, pemerintah, dan lembaga pendidikan juga sangat diperlukan untuk meningkatkan minat baca.
Peran Orang Tua dalam menumbuhkan minat baca
Peran Pemerintah dalam menumbuhkan minat baca
Peran Lembaga Pendidikan dalam menumbuhkan minat baca










Minat baca bangsa kita tergolong masih sangat rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di Asia Timur. Keadaan ini sungguh memprihatinkan karena hal tersebut mencerminkan budaya bangsa.
            Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan makna tulisa dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning.
Membaca yang selama ini merupakan hal yang tabu bagi masyarakat kita memiliki begitu banyak tujuan dan manfaatnya. Secara umum, tujuan dan manfaat membaca adalah memperluas wawasan seseorang.
Berikut adalah jenis-jenis membaca.

Rendahnya minat baca bangsa kita dipicu oleh beberapa hal diantaranya yang paling menonjol adalah tidak adanya kebiasaan yang diterapkan dari nenek moyang kita. Hadirnya media komunikasi seperti televise dan jaringan internet semakin mempertinggi tingkat kemalasan membaca bangsa kita. Motivasi dalam membaca juga dirasakan kurang untuk mendorong dan menumbuhkan ,kembali minat baca.
Untuk meningkatkan kembali minat baca peran orangtua adalah yang paling utama kemudian berlanjut ke pemerintah dan lembaga pendidikan.
Sebagai warga Negara yang peduli akan bangsa dan sebagai orang yang terdidik, marilah kita bersama-sama memberantas angka buta huruf  bangsa kita dengan meningkatkan minat baca mulai dari diri, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kita harus berprinsip bahwa, “Tidak ada buku tidak ada kehidupan. Dunia tanpa buku adalah kegelapan. Peradaban tanpa buku adalah barbar. Sebagai kekuatan budaya, buku adalah aliran darah bagi keberlangsungan suatu bangsa. Kini, buku sedang menjalani sebuah kisah yang memilukan di negeri tercinta ini. Jendela dunia itu kini sedang koyak diterjang badai kegelapan. Akan tetapi tugas kita adalah menyalakan sebuah lilin bukan mencerca kegelapan”.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
















            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar