Selasa, 15 Oktober 2013

Mata Kuliah              : Keterampilan Dasar V
Dosen                          : Martina Malla, S.Kep, Ns

PEMERIKSAAN MYELOGRAFI

4.jpg

TINGKAT IIIA

Krista Meo
111097




AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE
2013


PENDAHULUAN
A.    Anatomi
Sumsum tulang belakang merupakan bagian sumsum saraf pusat, berbentuk silinder memanjang dan seluruhnya terletak didalam saluran tulang tulang belakang. Pada orang dewasa membentang dari medulla oblongata sampai setinggi ruang antar ruas lumbal 1-2.
Sumsum tulang belakang dibungkus oleh tiga lapis selaput meningen. Selaput paling dalam disebut pia meter berisi pembuluh darah yang membawa makanan ke sumsum tulang belakang. Selaput maninges yang berada ditengah adalah arachnoid, membungkus akar serabut saraf spinal sejak dari tempat keluarnya dari saluran tulang belakang. Arakhnoid dipisahkan dari pia meter oleh ruang sub arachnoid. Dura mater merupakan selaput terluar meluas kebawah sampai setinggi ruas sakral 2, untuk membungkus saraf-saraf spinal, yang memanjang dari sumsum tulang belakang ke pintu keluar.
Sumsum tulang belakang ke bawah semakin mengecil membentuk kerucut yang disebutknus medularis. Dari konus medularis sampai koksigeus 1 terdapat serabut saraf yang disebut filum terminale.
Ada 31 pasang saraf spinal. Akar masing-masing saraf keluar dari saluran tulang belakang setinggi permukaan antar ruas, mulai dari occipito-atlantis sampai sakro-koksigis. Menurut tempatnya masing-masing lintasan akra saraf berbeda-beda. Pada daerah cervikal akar saraf keluar hampir tegak lurus sumsum tulang belakang, daerah thorakal keluarnya mulai miring kebawah, di daerah lumbal dan sakral keluarnya merupakan berkas serabut-serabut yang hampir sejajar di sekitar filum terminalisi membentuk cauda equina ( ekor kuda ).
Ruang sub arachnoid merupakan selubung dari sumsum tulang belakang dan berakhir setinggi sakral 2. Ruang sub arachnoid dibawah lumbal 2 disebut teka lumbalis (sakus). Dari sinilah cairan cerbro spinalis dihasilkan oleh plexsus khoroid yang kemudian akan disalurkan kedalam ventrikel-ventrikel otak. Adapun peredaran dari saluran cerbospinalis dimulai dari ventrikel-ventrikel otak, cairan ini masuk ke dalam saluran pusat sumsum tulang belakang dan ruang sub arakhnoid melalui celah-celah ventrikel ke empat. Cairan yang normal tampak jernih tidak berwarna dan tidak berbau.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXxV8r16lKPUwLY6S3u_cDO9NEpRRyTOVIeiOtnO0D8UVDhZFIUkSH6UGRyV0FVyBblWPMh3E5G6XfWUd0yyr5J12tZiFcg7JlNTHOgnIuddFte5tD1-NTwuBhZjZaLas9i3BTxNGgqdQB/s320/vertebrae.jpg














TEKHNIK PEMERIKSAAN MYELOGRAFI

A.    Pengertian Myelografi
Myelografi adalah pemeriksaan secara radiologis dari medulla spinalis dengan menyuntikan media kontras positif ke dalam ruang sub arakhnoid.
Tujuan pemeriksaan myelografi untuk memperlihatkan kelainan-kelainan pada
1.      Ruang sub arakhnoid
2.      Syaraf perifer
3.      Medulla spinalis
B.     Teknik Pemeriksaan Myelografi
1.      Tepi atas os illeum ditarik garis lurus ke arah tulang belakang kemudian di desinfektan ( dari sentarl ke luar ) dengan menggunakan alkohol kemudian betadine.
2.      Setelah kering dicari diskus intervertebralis lumbal 3 – 4, ditusuk dengan jarum fungsi sampai keluar liquor cerebru spinalis (LCS).
3.      Kemudian dimasukkan media kontras 10 – 12 cc tergantung dengan kondisi pasien yang diperiksa
Yang harus diperhatikan : kesterilan alat tusuk, daerah yang ditusuk, media kontras yang hendak dimasukkan.
C.     Indikasi
1.      Tumor Ekstra dural, intra dural yang terbagi atas medullar, ekstra medullar.
2.      Pecahan tulang
3.      Bengkak karena luka trauma
4.      Hernia Nukleus Pulposus ( HNP ), yaitu suatu keadaan di mana terjadi penonjolan diskus intervertebralis ke arah posterior.
5.      Tumor sekunder ( metastease )

D.    Kontra Indikasi
1.      Tekanan intra vena kranial meninggi
2.      Infeksi pada daerah tusukan
3.      Alergi terhadap bahan kontras
4.      Kesadaran menurun
5.      LCS bercampur darah
E.     Prosedur Pemeriksaan
1.      Persiapan Pasien
a.       Jika pasien wanita, tanyakan apakah pasien hamil.
b.      Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.
c.       Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma.
d.      Penandatanganan informed consent.
e.       Melepaskan benda-benda logam pada daerah yang akan diperiksa.
f.       Pasien puasa: selama 5 jam sebelum pemeriksaan.
g.      Pasien diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan.
h.      Dibuat plain foto posisi AP dan lateral pada daerah yang akan diperiksa.
Premedikasi : diberikan obat sedatif, yaitu kombinasi dari 10 mg Drop ridol & 0,15 mg
2.      Persiapan Alat Dan Bahan
a.       Pesawat sinar X
b.      Kaset yang berisi film
c.       Marker L dan R
d.      Baju penderita dan duk lobang steril
e.       Spuit 10 ml dan 20 ml
f.       Jarum spina beberapa ukuran
g.      Kasa steril
h.      Kapas steril
i.        Alkohol
j.        Yodium ( Betadine )
k.      Media kontras yang digunakan
l.        Obat anti hestamin
m.    Korentang steril
n.      gergaji ampul
o.      Gunting dan plester
p.      Tensimeter, thermometer
3.      Proyeksi Pemotretan
Myelografi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik radiografi konvensional ataupun dengan fluoroskapi. Sebelum pemeriksaan myelografi dilakukan dibuat terlebih dahulu foto pendahuluan ( polos ) dari vertebre dengan proyeksi AP dan lateral. Apabila foto pendahuluan taelah baik / informatif yang dinyatakan oleh radiolog, pemeriksaan diteruskan dengan penyuntikkan media kontras.
Pengambilan foto setelah pemasukkan media kontras tergantung klinis penderita dan permintaan dokter pengirim.
a.       Proyeksi Lateral
1)      Tujuan : untuk melihat kedalaman jarum yang menusuk ke dalam diskus intervertebralis menembus Medula Spinallis
2)      Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, di bawah knee dan ankle diberi pengganjal.
3)      Posisi Obyek : Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki),pelvis dan tarsal true lateral,letakkan pengganjal yang radiolussent di bawah pinggang agar vertebra lumbal sejajar pada meja (palpasi prosessus spinosus).
4)      FFD : 100 cm
5)      CR : Tegak lurus kaset
6)      CP : Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas cristailiaka)
7)      Eksposi : Ekspirasi tahan nafas
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1QSK4ILBZx3mVWDq6cQ6kJhsgCUnzhm0S-7nVWjSB60WDRHZNR1oGXsDJoDuZ-wPFE7N0Bqk9__7k5PAHb0ZQuV8wuAl14GG_7kNcipnep4ETe5W76-UCz1pIP5HCp3FAST8ChECGJRvK/s320/91.jpg

Kriteria :
a)      Tampak gambaran jarum yang menusuk bagian diskus intervertebralcontras dan menembus Medula Spinallis
b)      Tampak gambaran Medula Spinallis telah terisi zat contras.Tampak foramen intervertebralis L1 – L4, Corpus vertebrae, space intervertebrae, prosessus spinosus tidak ada 
b.      Proyeksi Antero Posterior(AP)
1)      Tujuan : Untuk melihat zat contas yang telah terisi contras media
2)      Posisi Pasien : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal, knee fleksi.
3)      Posisi Obyek :Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki),letakkan kedua tangan diatas dada,tidak ada rotasi tarsal / pelvis.
4)      FFD : 100 cm
5)      CR : Tegak lurus kaset
6)      CP :
a)      Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.
b)      Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.
Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.
Kriteria : 
Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar